REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN-- Sepuluh orang dengan mengenakam seragam Basarnas berkumpul di depan Base Ops Halim Perdanakusuma, Jumat (9/1) pagi. Dengan membentuk lingkaran kecil, mereka tengah melakukan doa bersama jelang keberangkatan ke Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.
Tidak kurang 30 menit kemudian, sepuluh relawan Basarnas ini pun telah berada di dalam pesawat CN-295 dan langsung berangkat ke posko terdekat dengan lokasi ditemukannya puing-puing pesawat Air Asia QZ 8501.
Bukan tanpa alasan mereka bertolak ke Pangkalan Bun. Sebuah misi khusus diemban sepuluh orang ini. Mereka diharapkan bisa mengevakuasi kotak hitam dan mengevakuasi jenazah yang masih berada di puing-puing pesawat Air Asia QZ 8501 yang berada di dalam perairan Selat Karimata.
Sepuluh orang ini merupakan tim penyelam Badan SAR Nasional (Basarnas) yang diterjunkan pada hari ke-12 sejak jatuhnya pesawat jurusan Surabaya-Singapura tersebut. Sepuluh penyelam dengan kualifikasi penyelam profesional ini bakal bergabung dengan BSG (Basarnas Special Group).
''Kami atas nama Indonesia Profesional Diver, Kami sudah lama dan beberapa kali sudah ikut rescue,'' kata Komandan Regu (Danru) tim penyelam Basarnas, Ebram Harimurti (48 tahun), di Pangkalan Bun, Jumat (9/1).
Rekam jejak tim penyelam, yang rata-rata sudah lima tahun menggeluti dunia selam ini, memanh tidak main-main. Pada misi terakhir, tepatnya dua tahun lalu, tim ini pernah terlibat dalam proses evakuasi tenggelamnya KM Rimba di Kepulauan Seribu. Pun saat Basarnas melakukan operasi evakuasi terbakar dan tenggelamnya KM Levina pada 2007 silam
Namun, tidak seperti misi-misi sebelumnya. Misi kali ini cukup berbeda. Pasalnya ini merupakan kali pertama tim ini terlibat dalam evakuasi kecelakaan pesawat terbang. Kendati begitu, tim ini bukan tanpa persiapam yang matang dan terencana.