REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencarian tak kenal lelah terus dilakukan tim SAR gabungan untuk mengevakuasi korban jatuhnya pesawat AirAsia di Selat Karimata dan selalu ada perkembangan yang menarik.
Selain perkembangan temuan jenazah dari lapangan, publik juga menerima informasi yang beragam dan terus-menerus dari media masa mengenai identifikasi jenazah serta liku-liku tim yang dikerahkan Basarnas. Berbagai sisi terkait musibah ini dikupas dan nyaris tidak ada sisi yang terlewatkan.
Informasi apapun terkait musibah ini tampaknya menjadi perhatian publik. Itulah sebabnya, media-media seperti berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat dan terlengkap karena rating berita musibah ini tinggi.
Tempat-tempat dan narasumber yang terkait dengan penumpang dan awak pesawat ini tak luput dari perhatian media. Semua itu untuk memenuhi keingintahuan publik mengenai perkembangan penanganan musibah dan hal-hal terkait.
Sejak dinyatakan hilang kontak pada Ahad (28/12), berita mengenai pesawat AirAsia jenis Airbus 320-200 dengan nomor penerbangan QZ 8501 selalu menjadi tema utama media. Kalau ada bencana atau musibah, bukan hanya Basarnas dan instansi pemerintah yang sibuk, media juga sama sibuknya.
Bedanya, kalau tim SAR dan instansi pemerintah lainnya harus bekerja keras dan cepat melakukan penanganan untuk menyelamatkan nyawa orang, menemukan jenazah dan mengevakuasi barang-barang atau properti milik penumpang, para awak media juga harus bekerja keras karena persaingan antarmedia.
Bahkan kerja media bisa dikatakan melebihi kerja profesi lain karena tim penyelamat sempat istirahat, namun media pada tengah malam dan dini hari pun harus tetap menyampaikin laporan perkembangan terakhir (update), seringkali secara live.
Itulah sebabnya, Kantor Basarnas di Kemayoran (Jakarta Pusat), Bandara Juanda dan Rumah Sakit Bhayangkara di Jawa Timur serta Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin dan Lanud Iskandar Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah) adalah tempat yang tak pernah lepas dari pemantauan media.
Dari tempat-tempat itu, perkembangan sekecil apapun langsung tersebar secara cepat ke publik nasional maupun internasional. Bahkan beberapa televisi dan radio memasang peralatan untuk selalu menyiarkan secara langsung (live) informasi apapun yang diperoleh maupun informasi yang disuguhkan melalui pernyataan atau konferensi pers.
Kebosanan dan kejenuhan atas pemberitaan terkait isu atau kejadian tertentu biasanya memiliki rentang waktu tertentu. Apalagi kalau informasinya selalu diulang-ulang dan hanya sedikit perkembangan baru.
Itulah sebabnya, setelah 11 hari mengupas semua sisi terkait kecelakaan AirAsia itu tampak publik mulai menurun perhatiannya terhadap berita mengenai kecelakaan ini. Media berusaha mengupas hal-hal baru yang masih ada kaitan atau dikait-kaitkan dengan kecelakaan itu.
Namun di tengah mulai menurunnya perhatian publik, Basarnas mengumumkan adanya hal yang sangat baru, yaitu penemuan lokasi badan pesawat. Jika sudah ada titik terang mengenai badan pesawat, maka publik kembali tergugah mengenai kotak hitam (black box). Berita mengenai penemuan badan pesawat ini menarik kembali perhatian publik untuk mengikuti perkembangan terbaru selanjutnya.