REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM- Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melansir angka kemiskinan di provinsi NTB masih tinggi. Pada, bulan September 2014, angka kemiskinan mencapai 17,05 persen dengan total 816.621 orang.
Meski, trend angka kemiskinan tersebut mengalami penurunan dari bulan Maret 2014 yang mencapai 17,24 persen dengan total 820 ribu orang. "Kita masih lumayan tinggi, agak cukup besar dari sisi persentase," ujar Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin kepada Republika, Rabu (7/1).
Bahkan, menurutnya, dari sisi persentase angka kemiskinan. NTB berada pada urutan sepuluh besar dengan angka kemiskinan yang tertinggi. Ia menuturkan, penyebab angka kemiskinan di provinsi NTB masih tinggi disebabkan antara lain aspek penghasilan masyarakat yang masih kurang.
Termasuk, penghasilan masyarakat petani yang rendah akibat kondisi harga komoditas pertanian yang sering tidak stabil bahkan kadang kala jatuh. Selain itu, menurutnya, lapangan pekerjaan di NTB yang masih kurang sehingga masyarakat lebih memilih bekerja di luar negeri menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Wahyudin mengatakan indikator untuk menentukan angka kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan dengan jenis makanan dan non makanan. Serta, pengeluaran yang dihitung untuk mengetahui garis kemiskinan.
"Besarnya garis kemiskinan makanan dan non makanan itu pada September 2014 di pedesaan mencapai Rp 297,907 perkapita/bulan. Sementara, perkotaan Rp 300 ribu lebih," ungkapnya.