REPUBLIKA.CO.ID, Bekerja di perusahaan pelayaran swasta nasional dengan penghasilan memadai dan membuatnya bisa mengunjungi berbagai kota di luar negeri, tidak membuat Djunaidi (40 tahun) betah di perusahaan tempatnya bekerja itu.
Pada 2001, alumni Akademi Maritim Indonesia (AMI) Makassar tahun 1995 itu memilih bergabung di Badan SAR Nasional (Basarnas) Makassar, karena ia merasa lembaga ini bisa menyalurkan hobinya suka menolong, terutama yang mengalami musibah.
Ayah dua putra yang kini menjabat Kepala Seksi Operasi Basarnas Malut ini mengaku sejak kecil sangat hobi menolong orang lain yang mengalami masalah dan hobinya itu berlanjut ketika kuliah di AMI Makassar, termasuk saat bekerja di perusahaan pelayaran.
"Saya selalu tidak sabar memberi pertolongan ketika melihat orang mengalami kecelakaan atau musibah, saya merasa senang sekali setiap usai menolong orang lain oleh karena itu ketika saya pulang ke Makassar tahun 2001 dan ada penerimaan di Basarnas Makassar, saya langsung ikut seleksi dan lolos," katanya.
Sejak saat itu, ia aktif menjalani berbagai tugas sebagai anggota Basarnas, seperti ambil bagian dalam penanganan musibah jatuhnya pesawat Adam Air di perairan Majene tahun 2007, bencana tsunami di Aceh 2004 dan banjir bandang Wasior di Papua Barat.
Selain itu, juga ambil bagian dalam upaya pencarian korban berbagai musibah tenggelamnya kapal laut pada sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan dan provinsi lainnya di Indonesia, termasuk sejumlah kasus kecelakaan pendaki gunung di berbagai daerah.
Ia juga mengaku telah mengikuti berbagai program latihan untuk meningkatkan kemampuan sebagai anggota Basarnas, yang dilakukan di dalam maupun luar negeri, termasuk berbagai upaya untuk meningkatkan wawasan dengan cara membaca buku dan bertanya kepada mereka yang lebih berpengalaman di bidang SAR.