Selasa 06 Jan 2015 02:38 WIB

Penyelam Kesulitan Menemukan Badan Pesawat Air Asia QZ8501

Rep: C79/ Red: Erik Purnama Putra
Pencarian pesawat Air Asia QZ8501 terus dilakukan Basarnas dan anggota TNI.
Foto: Reuters
Pencarian pesawat Air Asia QZ8501 terus dilakukan Basarnas dan anggota TNI.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Tim penyelidik dan pencarian pesawat AirAsia QZ8501 sampai saat ini, Selasa (6/1) baru menemukan 37 jenazah dari total 155 penumpang yang terdapat dalam pesawat komersil asal Malaysia tersebut. Para peneliti percaya jika sebagian besar penumpang telah tewas di bawah air dengan masih terikat di tempat duduk mereka masing-masing

Direktur Operasi Basarnas, Supriyadi mengatakan, fokus operasi penyelamatan AirAsia pada Senin (5/1) adalah untuk menemukan rekaman penerbangan data pesawat atau biasa yang dikenal kotak hitam. Namun, cuaca berangin yang terus terjadi di sekitar wlayah Laut Jawa menurutnya sangat mengganggu aktivtas pencarian.

Supriyadi mengungkapkan, sedikitnya lima kapal pencari kotak hitam telah dikirim ke lokasi yang diyakini sebagai tempat reruntuhan badan pesawat. Setelah sampai di titik yang ditentukan, lebih dari 80 penyelam diterjunkan untuk mencari kotak hitam tersebut. Namun, kendala cuaca kembali menjadi faktor utama tim penyelam untuk melaksanakan tugasnya.

"Jika tidak bisa dilakukan oleh penyelam, kami akan menggunakan peralatan canggih dengan kemampuan pelacakan benda di bawah air untuk menemukan kotak hitam. Penemuan benda ini sangat penting untuk mengetahui apa yang membuat pesawat kehilangan kendali dan terjatuh," ujar Supriyadi seperti dilansir Time, Selasa (6/1)

Sampai saat ini, terang Supriyadi, faktor cuaca masih dianggap sebagai faktor utama penyebab pesawat AirAsia QZ8501 mengalami kecelakaan. Fenomena cuaca yang paling memungkinkan menjadi penyebab hilangnya kendali pesawat menurutnya adalah pristiwa kerusakan mesin karena proses pendinginan (icing)

Sementara itu, ahli penerbangan asal Singapura, Mike Daniel juga meyakini jika icing merupakan faktor utama penyebab utama terjadinya gangguan pada mesin pesawat. Hal itu, menurutnya akan dipastikan saat tim pencari berhasil menemukan kotak hitam.

"Saya pikir gerakan udara vertikal dalam badai yang kuat menjadi indikator terjadinya pristiwa icing. Pesawat yang terbang bertentangan dengan indikasi kecepatan udara sangat berbahaya dan kemungkinan besar akan mengalami kerusakan mesin," terang Daniel.

Seperti diketahui, kontak terakhir yang terjadi antara Pilot Iriyanto dengan menara kontrol terjadi saat sang pilot meminta izin untuk mengubah arah dan naik dari ketinggian 32 ribu kaki menuju 38 ribu untuk menghindari cuaca buruk.

Namun, petugas di menara kontrol hanya mengizinkan pesawat untuk terbang pada ketinggian 34 ribu kaki karena sedang ada lalu lintas udara di atasnya. Pesawat yang sudah mengubah arah lintasan itu pun akhirnya kehilangan kontak dengan menara kontrol.

Basarnas menemukan empat korban serta puing-puing yang diya meyakini sebagai bangkai peswat AirAsia QZ8501 pada Ahad (4/1). Selian itu, Basarnas juga telah menemukan beberapa bagian pessawat seperti jendela darurat, beberapa bagasi, kursi penumpang dan pelampung.

Menanggapi peristiwa ini, otoritas penerbangan Indonesia telah menunda semua penerbangan pesawat AirAsia rute Surabaya Singapura untuk sementara waktu sebagai hukuman karena penerbangan pesawat AirAsia QZ8501 belakangan diketahui tidak memiliki izin terbang.

Sementara itu, tiga belas korban dari 37 jenazah yang ditemukan telah dapat diidentifikasi, mereka diantaranya adalah pramugara Wismoyo Ari Prambudi (24), penumpang Jie Stevie Gunawan (10) dan Juanita Limantara (30) yang telah dikembalikan kepada pihak keluarga. Sedangkan sisanya masih dalam tahap proses penyelidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement