REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- The Sydney Morning Herald pada Senin (5/1) melaporkan, kru pencari pesawat Air Asia kode penerbangan QZ8501 percaya bahwa tim pencari telah menemukan bagian dari reruntuhan jet buatan Airbus tersebut di kedalaman 29 meter perairan sekitar Pangkalan Bun.
Berita itu merupakan terobosan besar di tengah kekhawatiran pemerintah bahwa pencarian korban kecelakaan akan terhenti lantaran arus bawah laut yang kuat. Sepotong pesawat sebelumnya telah ditemukan pada Jumat (2/1) lalau.
"Dengan ditemukannya tumpahan minyak dan dua bagian besar pesawat, saya dapat meyakinkan Anda bagwa ini adalah bagian dari pesawat AirAsia yang telah kami cari," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Bambang Soelistyo.
Komandan KRI Banda Aceh menegaskan penemuan itu. Dia menyatakan telah datang tanda baik dari sonar di KRI Bung Tomo, dan kapal Angkatan Laut Amerika USS Sampson. Dua kapal tersebut merekam benda serupa tapi sedikit berbeda.
Kru kapal angkatan laut juga meyakini ditemukannya benda sepanjang 23 meter, itu adalah bagian ekor pesawat. Temuan tersebut berarti bahwa untuk pertama kalinya, awak gabungan dari 67 anggota Basarnas dan TNI AL akan dapat diterjunkan untuk penyelaman guna memulai pencarian secara terorganisasi.
Tentu saja dengan beberapa tim akan berfokus pada pencarian kotak hitam yang menjadi perekam penerbangan dan tim lainnya tetap mencari korban.
Hanya saja, yang menjadi kendala adalah kondisi laut, baik di permukaan dan di bawah terjadi gelombang kuat. Kalau tim dipaksakan turun malah bisa mendatangkan malapetaka bagi mereka.
"Gelombang (laut) mencapai lima sampai enam meter," kata Kapten Kapal Purworejo Adil Triyanto kepada Fairfax Media. "Dengan kondisi seperti itu, kita takut pesawat akan pecah dan hanyut ke berbagai bagian laut," kata Adil.