REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya TNI F Henry Bambang Soelistyo mengatakan, masih akan mempertimbangkan tawaran bantuan dari Tiongkok. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh kapal tersebut agar dapat ikut membantu pencarian dan evakuasi.
"Kita mau menerima dengan catatan harus punya alat untuk mencari black box. Mereka masih konfirm alat yang kita butuhkan, umumnya itu underwater locater beacon," kata Soelistyo di Kantor Basarnas, Jakarta, Minggu (4/1).
Soelistyo mengatakan, tawaran tersebut masih belum diputuskan apakah akan diterima atau tidak. Koordinasi dan diskusi pun masih terus dilakukan sambil menunggu hasil pencarian dan evakuasi hari ini usai.
"Jadi belum diputuskan. Saya mau menerima jika ada alat itu, pinger locater," ujarnya.
Memasuki hari kedelapan, operasi pencarian dan evakuasi jenazah serta badan pesawat Air Asia QZ 8501 terus dilakukan dengan kekuatan dari udara dan laut. Kekuatan tersebut disokong dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri.
Untuk kekuatan udara, ada 20 unit helikopter dan fixed wing yang melakukan operasi tersebut. Dari dalam negeri, sepuluh helikopter terdiri dari dua milik AU, tiga milik AL, satu dari AD, Basarnas dua, dan dari Polri dua. Sedangkan untuk empat fixed wing berasal dari AU.
Sementara untuk bantuan udara dari luar negeri, Singapura menurunkan dua helikopter, Amerika dua helikopter, Korea satu fixed wing, dan Rusia satu fixed wing.
Untuk kekuatan laut yang diturunkan untuk proses pencarian dan evakuasi berjumlah 31. Sebanyak 20 kapal dari dalam negeri berasal dari AL delapan unit, Basarnas dua, Hubla lima, BPPT satu, Geo Survey satu, Crest Onix satu, dan dari Polri dua unit.
Dari luar negeri, Indonesia mendapatkan bantuan dari Singapura sejumlah empat kapal, Malaysia tiga, Amerika dua, dan Jepang dua unit.