REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan keikutsertaan kapal riset Baruna Jaya 1 (BJ1) mencari pesawat Air Asia QZ 8501 merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo.
Unggul saat mengunjungi Puskodal Operasi KR Baruna Jaya BPPT di Jakarta, Ahad (4/1), mengatakan, keikutsertaan kapal BJ1 langsung atas perintah Presiden Joko Widodo.
"Selain itu ekspedisi BJ1 ini juga sebagai bentuk partisipasi BPPT dalam memberikan solusi teknologi, dan investigasi mengenai lokasi jatuhnya pesawat Air Asia," katanya.
Kapal riset BJ1, ia mengatakan, merupakan sebuah wahana yang bisa digunakan untuk bermacam keperluan, mencari objek bawah laut seperti kapal dan pesawat tenggelam. Selain itu, bisa membantu pemasangan alat deteksi tsunami hingga untuk survei potensi kekayaan alam di dasar laut.
"Sebenarnya fungsinya banyak tergantung alat yang dimiliki dan misi yang diemban," ujar dia.
Keunggulan Kapal Baruna Jaya, menurut dia, terletak pada peralatan yang dimiliki seperti multibeam echo sounder yang dapat mendeteksi benda di bawah laut. Selain itu, terdapat sonar untuk memastikan, dan magnetoneter untuk membedakan antara logam atau gundukan biasa.
"Pada ekspedisi ini Baruna Jaya bekerja sama dengan perusahaan swasta yang memiliki ROV (remotely operated vehicle--red) untuk membantu memastikan prediksi posisi badan pesawat Air Asia," ujar dia.
Sebelumnya, kapal riset Baruna Jaya membantu operasi SAR mengidentifikasi lokasi reruntuhan Jembatan Kutai Kertanegara yang ambruk, mencari Kapal Feri Bahuga yang tertabrak tangker, serta membantu pencarian Pesawat Adam Air di Selat Makassar di kedalaman 2.000 meter di dasar laut.