REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Harga beras masih belum juga turun, meskipun harga BBM (Bahan Bakar Minyak) turun. Hal ini lebih karena pengaruh musim. Untuk itu Menteri Perdagangan mengirim surat kepada kepala Bulog se Indonesia untuk dilakukan operasi pasar khusus beras untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS).
‘’Program ini diluncuran tanggal 5 sampai 17 Januari dengan harga satu kilogram yang biasanya dijual Rp 6800 per kilogram menjadi Rp 1600 per kilogram. Hal ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia,’’kata Kepala Dinas Perindagkop dan UKM DIY Riyadi Ida Bagus Salyo Subali pada wartawan di Kepatihan Yogyakarta, Sabtu (4/1).
Program ini menggunakan cadangan beras pemerintah dan sasarannya tidak boleh lepas dari RTS .Hal ini juga dilaksanakan semua Bulog di seluruh provinsi. Pemantauan langsung dari proses pembagian beras. Sebenarnya data maupun pembagiannya sama dengan program raskin. Karena raskin sudah selesai di bulan November dan Desember 2014, maka untuk bukan Januari ini ada program operasi pasar khusus beras, kata Riyadi.
Lebih lanjut dia mengatakan sejak turunnya harga BBM hingga sekarang barang-barang kebutuhan pokok di DIY belum terpengaruh. Biasanya kalau sudah terlanjur naik harganya, untuk turun susah. Namun di satu sisi ada segi positifnya keuntungan bagi petani dan pedagang.
Ketika harga BBM naik, kata Riyadi, kenaikan harga sembako tidak terlalu signifikan. Kalau pun ada kenaikan hanya sekitar lima persen. Harga telur daging sapi, relatif stabil, termasuk produk yang pabrikan, misalnya minyak gioreng kemasan, tepung terigu , susu.
Justru harga yang fluktuatif itu lebih disebabkan oleh musim dan hari-hari besar atau hari raya keagamaan. ‘’Seperti cabe rawit merah tiga hari yang lalunya harganya masih Rp 90 ribu per kilogram.
Sekarang harga cabe rawit merah sudah turun Rp 80 ribu per kilogram. Karena sekarang pasokan cabe merah sudah mulai banyak,’’ungkap dia.