REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Warga Solo turut larut dalam suasana duka atas musibah jatuh pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun. Masyarakat di sini menggelar aksi solidaritas dan doa bersama di kawasan titik nol Kota Solo, Tugu Pemandengan depan Balai Kota.
Acara yang digelar pada Sabtu (3/1) malam WIB, sebagai wujud warga yang ikut merasakan kepedihan, kesedihan yang dialami keluarga korban pesawat. Itu juga bagian dari duka mendalam dunia penerbangan Tanah Air.
Selain doa bersama, kegiatan juga diwarnai pembacaan puisi, dan juga penyalaan puluhan lilin dibungkus kertas bertuliskan 'Duka Nestapa AirAsia Solidaritas'. "Lewat kegiatan ini, Wong Solo berharap musibah itu kali terakhir terjadi dalam dunia penerbangan Tanah Air," kata koordinator aksi Mayor Haristanto.
Mayor Haristanto mengaku, solidaritas itu merupakan wujud keprihatinan mendalam warga Solo atas musibah menimpa pesawat bernomor lambung QZ-8501.
"Bagi kami, musibah ini sangat luar biasa. Sudah sepantasnya, baik keluarga korban maupun masyarakat lain, menghadapi semua ini. Selain itu, kami juga ingin membuktikan inilah bukti masyarakat Solo yang ramah dan memiliki sikap kepedulian," kata pemilik Republik Aeng-Aeng itu.
Ketika disinggung makna penyalaan lilin, ia menjelaskan, dinyalakan lilin adalah supaya mampu memberi terang bagi sekitarnya. Dengan begitu, masyarakat Solo berharap keluarga korban tetap diberi jalan terang dan tegar dalam menghadapi cobaan.
"Kami berharap, proses evakuasi berjalan lancar dan cepat. Sehingga keluarga yang ditinggalkan juga segera merasa tenang, dideri kekuatan iman, kesabaran, dan tabah," harapnya.