Sabtu 03 Jan 2015 04:30 WIB

Pengamat: Data Laporan Cuaca tak Harus dalam Bentuk Hardcopy

Rep: c70/ Red: Bilal Ramadhan
   Helikopter USS Sampson yang membawa jenazah korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, Jumat (2/1). (Republika/Agung Supriyanto)
Helikopter USS Sampson yang membawa jenazah korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, Jumat (2/1). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengambilan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geografi (BMKG) yang dilakukan oleh maskapai penerbangan tidak selalu berupa hardcopy.

"Bisa dari softcopy, kan mereka dapat email (surat elektronik) lalu diberikan kepada pilot, kan bisa juga," kata Plt Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Djoko Murjatmodjo saat dihubungi Republika, Jumat (2/1).

Dikatakannya, selain mengambil data softcopy, sejumlah maskapai penerbangan, rata-rata mengambil data dari internet. Ia, mengaku belum bisa mengatakan apakah pihak Air Asia mengambil data BMKG atau tidak.

"Karena tidak mengambil hardcopy belum tentu tak mengambil softcopy," ujar Djoko.

Sebelumnya, BMKG Juanda, Surabaya pada Kamis (1/1) menyatakan, pihak Air Asia tidak pernah mengambil laporan cuaca untuk penerbangan dari Bandara Juanda. Kepala Pusat Data dan Informasi BMKG Juanda, Bambang Setiajid mangatakan, tidak hanya Air Asia yang tidak mengambil laporan cuaca BMKG.

Pengambilan laporan cuaca oleh maskapai dari BMKG merupakan prosedur wajib yang termuat dalam regulasi penerbangan internasional maupun nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement