Jumat 02 Jan 2015 21:24 WIB

Ini Penyebab Utama Banjir di Jakarta Utara

Rep: C94/ Red: Erik Purnama Putra
Penjual melintas saat banjir yang melanda kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Jumat (26/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Penjual melintas saat banjir yang melanda kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Jumat (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Kapuk Muara, Kelurahan Kampung Muara, Kecamatan Penjaringan,  Jakarta Utara mengaku kewalahan menangani banjir rob di wilayahnya. Sebagian warga yang kesal pun menuntut keseriusan pemerintah atasi banjir Kapuk Muara.

Upaya penanggulangan pun telah dilakukan oleh warga dalam menghadapi genangan banjir rob. Meski telah melakukan berbagai upaya, hal tersebut dinilai percuma sebab banjir rob tak kunjung pergi dari wilayah itu.

Belum berhasilnya warga atasi rob itu membuat Ketua RW 01, Kelurahan Kampung Muara, Pornomo harus memeras otak dalam melakukan upaya banjir rob tahunan itu. "Tradisi ini dialami sejak 2001 warga yang kewalahan mengurug rumahnya, pembersihan saluran air, hingga pencegahan sampah kami lakukan. Upaya itu dirasa sia-sia sejauh ini banjir selalu datang lagi," katanya kepada Republika, Jumat (2/1).

Selain warga melakukan upaya berbagai upaya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI pun telah membangun sarana penangulangan banjir rob berupa dibangunnya rumah pompa di setiap RW yang terkena dampak banjir. Serta, normalisasi Kali Angke, pemberian mesin pompa, hingga peninggian tanggul.

Namun dari sekian banyak upaya pemerintah hal itu tidak berpengaruh banyak. Bahkan permasalah banjir rob menjadi semakin parah.

"Di sini banjir bisa ditimbulkan oleh dua penyebab karena hujan serta karena pasang air lalu yang mengakhibatkan banjir kiriman dan rob. Upaya pengerukan kali untuk mencegah banjir kiriman," kata Purnomo

"Sementara permasalahan rob. Apa upaya pemerintah dalam mengatasinya? Rumah pompa mati, mesin pompa tidak tau dibuang airnya ke mana. Semua itu tidak maksimal," imbuh Purnomo.

Untuk mengatasi banjir di Jakarta, ia berpendapat tidak perlu studi banding ke negari Kincir Angin atau memakai konsep seorang insinyur. Menurutnya, masalah saluran air warga diyakini mampu mengatasi permasalahan banjir di wilayahnya.

"Kalau bikin wilayah antibanjir enggak usah ke Belanda, di sini aja di PIK. Banyak warga di sini yang menutup saluran karena takut terkena rob. Daya yakin bila saluran air dinormalisasi rob akan sedikit berkurang. Misal, yang tadinya seminggu menjadi satu hari," ungkap Purnomo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement