Jumat 02 Jan 2015 18:00 WIB

Fitra: Proses Seleksi Dirjen Pajak Penuh Dusta

Red: M Akbar
Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Ucok Sky Khadafi berbicara saat mengelar konfrensi pers di Jakarta, Ahad (24/6). Alokasi anggaran iklan dalam APBD DKI untuk tahun 2012 sebesar Rp28 miliar. dari sebe
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Ucok Sky Khadafi berbicara saat mengelar konfrensi pers di Jakarta, Ahad (24/6). Alokasi anggaran iklan dalam APBD DKI untuk tahun 2012 sebesar Rp28 miliar. dari sebe

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mempertanyakan kredibilitas dari sejumlah nama yang lolos mengikuti proses lelang Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak.

Koordinator Fitra, Ucok Sky Khadafi, menilai tujuh nama yang dipilih panitia seleksi (pansel) Dirjen Pajak hanya berdasarkan aspek suka dan tidak suka.

''Kami sungguh kaget atas lolosnya beberapa calon tidak berkualitas yang mengikuti proses lelang Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak ini,'' kata Ucok dalam keterangan tertulisnya yang diterima ROL di Jakarta, Jumat (2/1).

Ucok menegaskan bocornya data pansel Dirjen Pajak ini telah menunjukkan bahwa pemerintahan sekarang sarat dengan kepura-puraan. Ia mempertanyakan adanya calon yang mendapat rapor merah dari PPATK justru dinyatakan lolos.

''Tetapi yang nilainya bagus malah tidak lolos. Padahal yang diseleksi ini adalah pejabat utama dari sokoguru penerimaan negara yaitu pajak. Ada apa?'' Ucok mempertanyakan.

Untuk itu ia mengajak agar rakyat harus mulai kritis dan sadar bahwa sepak terjang pemerintahan saat ini banyak yang hanya bersifat kedok semata. Bila kepura-puraan seperti ini terus dilakukan, ia mengatakan, pemerintahan Jokowi telah mempertaruhkan nasib bangsa Indonesia.

''Jangan sampai pemerintahan sekarang ini membawa rakyat merasa seolah-olah akan maju padahal mengalami kemunduran, seolah olah akan sejahtera padahal terus mengalami kesengsaraan, seolah olah melakukan revolusi mental padahal melakukan dekadensi mental. Salah satunya terlihat pada proses seleksi dirjen pajak yang penuh dusta,'' ujar Ucok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement