Jumat 02 Jan 2015 11:23 WIB

Keluarga Penumpang Air Asia QZ8501 Diberikan Layanan Psikologis

   Keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ 8501, menangis histeris saat mendengar kabar ditemukannya serpihan pesawat, di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Selasa (30/12). (AP/Trisnadi)
Keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ 8501, menangis histeris saat mendengar kabar ditemukannya serpihan pesawat, di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Selasa (30/12). (AP/Trisnadi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Relawan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Timur memberikan layanan psikologis bagi keluarga korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Posko Psikologi AirAsia 24 jam, dan jika diperlukan bisa dilanjutkan hingga rumah keluarga korban.

"Mulai 1 Januari 2015, Posko Psikologi HIMPSI yang semula di Bandara Juanda telah bergeser ke Polda Jatim. Di sini, layanan psikologi disiapkan 24 jam dalam tiga 'shift'," kata Ketua HIMPSI Jatim Dr Seger Handoyo (Psikolog), di Surabaya, Jumat.

Dalam keterangan resmi yang diterima Antara dari HIMPSI Jatim, dosen Unair Surabaya itu menjelaskan proses pendampingan keluarga korban dalam koordinasi kerja layanan psikologis di Polda Jatim itu telah diintegrasikan dalam Tim Pendampingan Keluarga.

"Pendampingan psikologis akan diberikan bagi anggota keluarga penumpang dari proses pencarian korban, identifikasi 'Antemortem' dan 'Postmortem', hingga pemulangan jenazah kepada keluarga," tuturnya.

Bahkan, bagi keluarga yang membutuhkan penanganan psikologis lebih intensif, maka Psikolog HIMPSI dapat memberikan layanan baik di Crisis Center maupun hingga di rumah, jika diperlukan.

Pada tahap awal, HIMPSI memberikan Layanan Psikologis Pertama (Psychological First Aid), tapi bagi keluarga yang mengalami reaksi emosional ekstrem akan dilakukan intervensi psikologis di ruang yang terpisah.

Menurut dia, Layanan Psikologis Pertama yang bersifat dasar itu ada tiga tahap yakni restabilisasi, rekonstruksi, dan reintegrasi. Tahap restabilisasi diarahkan untuk setiap individu mampu mengelola kestabilan emosi.

Tahap rekonstruksi untuk membantu individu menyusun baru harapan dalam hidupnya. Perlu dipahami bahwa kehilangan anggota keluarga berakibat perubahan dalam hidup seseorang, maka bisa terjadi perubahan harapan.

Tahap reintegrasi akan membantu individu untuk dapat masuk, menyesuaikan diri dan melanjutkan aktivitas dalam hidup barunya. Namun, katanya, bila gejala tersebut menetap dan dengan intensitas yang tinggi untuk waktu yang lama, atau lebih dari tiga bulan, maka diperlukan Terapi Trauma yang bisa diberikan oleh Psikolog Klinis dengan spesialisi "trauma therapy".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement