REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Ir Bambang Haryo berharap kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus cepat menemukan kotak hitam milik pesawat Air Asia QZ8501 yang mengalami hilang kontak pada Minggu (28/12).
"Sinyal di kotak hitam bertahan sampai 30 hari. Ini berarti, KNKT harus menemukan sebelum itu," ujarnya ketika dikonfirmasi, Jumat.
Ia menjelaskan, kotak hitam mengeluarkan sinyal yang dinamakan "pinger" yang nantinya bisa ditangkap alat pendeteksi milik KNKT. "KNKT juga harus menggunakan kapal kecil yang memiliki 'free boad' tiga meter agar operasionalnya mudah," kata pria yang juga pemilik "Dharma Lautan Utama" tersebut.
Pihaknya khawatir jika kotak hitam dicari menggunakan KRI yang ukurannya sangat besar akan kurang hasil pencariannya. Terkait keberhasilan Tim SAR mengevakuasi beberapa korban dan kelanjutan proses pencarian badan pesawat berpenumpang 155 orang dan tujuh kru, pihaknya yakin kondisinya tidak hancur di dalam laut.
Selain itu, ia juga memprediksi kemungkinan masih ada kru pesawat atau pilotnya berada di ruang kokpit pesawat yang kedap air. "Bisa saja itu terjadi karena di dalam ada oksigen yang memiliki kekuatan selama seminggu," kata Bambang Haryo yang kini tercatat sebagai anggota Fraksi Partai Gerindra di DPR RI tersebut.
Menurut dia, dengan sudah ditemukannya lokasi pesawat maka tidak ada alasan lain untuk menyegerakan evakuasi dan menerjunkan penyelam mencari penumpang. Sementara itu, dari lokasi Crisis Centre di Mapolda Jatim Surabaya, sampai pagi ini tercatat sudah 161 keluarga korban yang menyerahkan data ante mortem.
"Masih ada satu lagi, yakni keluarga dari 'first officer' kru AirAsia, Remi Emmanuel Plesel, asal Prancis. Semoga keluarganya segera menyerahkan ke tim identifikasi," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono kepada wartawan.
Kemudian, contoh DNA keluarga korban yang sudah diterima Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur sampai saat ini masih sebanyak 107 DNA, dari total 162 penumpang AirAsia, atau kurang 55 contoh DNA.