REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mendukung swasembada pangan tiga tahun mendatang, pemerintah tengah mulai menggiatkan perbaikan jaringan irigasi. Hal tersebut wajar, sebab sebagai salah satu instrumen pertanaman pangan, ia berada pada kondisi yang memprihatinkan.
Berdasarkan data Rapid Assesment pada 2010, 48 persen jarinan irigasi dalam kondisi baik. "Sisanya yakni 52 persen dalam kondisi rusak," kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kepada Republika belum lama ini.
Menurutnya, luas sawah dengan kategori irigasi teknis masih yang mendominasi sistem pertanian nasional. Dari luas total area sawah se-Indonesia seluas 7.748,84 hektare, terdapat lahan sawah kategori irigasi seluas 2.209.200 hektare atau 28,5 persen.
Sementara, untuk sawah irigasi semiteknis memiliki luas lahan 988.821 hektare dengan persentase 12,8 persen dan irigasi sederhana seluas 1.586.953 hektare dengan presentase 20,5 persen. Sisanya, lanjut dia, yakni sawah tadah hujan seluas 2.015.349 hektare atau 26,0 persen.
Selain itu, ada pula sawah rawa pasang surut seluas 615.201 hektare dengan presentase 7,9 persen serta sawah rawa lebak seluas 333.324 hektare atau 4,3 persen. Maka menuturnya, sudah tepat langkah pemerintah yang berencana memperbaiki jaringan irigasi besar-besaran.
Dengan penambahan anggaran sebanyak 15 Triliun per tahun untuk perbaikan irigasi dan pembuatan bendungan, diharapkan dalam setahun akan ada tambahan tanah berpengairan teknis sebanyak seratus ribu hektare. Indeks Pertanaman juga diharapkan dapat ditingkatkan dari seratus menjadi 250 sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan luas panen dan peningkatan produksi.