Kamis 01 Jan 2015 20:15 WIB

Di Tengah Laut Saat Detik-Detik Penemuan Jenazah Pertama AirAsia

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Damanhuri Zuhri
Petugas membawa peti jenazah korban Air Asia QZ8501 di Rumah Sakit Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1).
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Petugas membawa peti jenazah korban Air Asia QZ8501 di Rumah Sakit Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selasa (30/12), tepat pukul 11.30 WIB radio komunikasi Kapal Negara (KN) SAR 224 Jakarta berbunyi. Chief Officer kapal, Made Oka, sibuk berkomunikasi dengan Badan SAR Nasional (Basarnas) dari Jakarta melalui alat tersebut.

Saat itu KN 224 menerima informasi pesawat P130 TNI AU melihat secara visual adanya benda berwarna putih yang terapung.

Siang itu merupakan hari ke tiga pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang kontak sejak Ahad (28/12) pagi. Benda logam yang dideteksi P130 TNI AU itu menguatkan dugaan barang tersebut bagian dari pesawat Air Asia.

Sebab, ditemukannya logam itu berada di jalur penerbangan Surabaya-Singapura, sama dengan jalur pesawat nahas tersebut.

Benda tersebut berada di koordinat 03.50.112 Lintang Selatan; 110.29 Bujur Timur atau di sebelah barat Teluk Kumai, Kalimantan Tengah.

Koordinat itu berada di area 5, seperti yang telah dipetakan Basarnas, dari 12 area pencarian pada hari Selasa. KN 224 sendiri diberi tugas untuk menyisir di area 4 atau sebelah barat area 5.

Saat menerima informasi, KN 224 berada di laut lepas antara perairan Belitung Timur dan Selat Karimata atau masih sekitar 80 mil dari lokasi ditemukannya benda logam tersebut. KRI 357 Bung Tomo yang diberi tugas mencari di area 7 saat itu kebetulan berada paling dekat. Kapal perang TNI AL itu kemudian langsung menuju lokasi.

Sekitar dua jam kemudian atau pukul 13.25 WIB, KRI Bung Tomo sampai di koordinat yang dimaksud. Sesampai di lokasi mereka mengidentifikasi serpihan yang ditemukan. Terdengar ada panggilan dari radio komunikasi di ruang navigasi kapal KN 224.

Suara Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Sulistyo masuk. Jenderal TNI bintang tiga itu meminta kepastian kepada kru Kapal KRI Bung Tomo. "KRI 357, ini Basarnas, apakah Anda sudah melihat langsung benda yang terapung tersebut? Dan Anda yakin itu bagaian dari Air Asia?," tanya Sulistyo.

30 menit kemudian atau pukul 13.55 WIB, Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Laut Yayan Sofyan, memastikan serpihan logam tersebut adalah pintu darurat pesawat atau emergency exit door berwarna abu-abu perak. Namun, pada saat itu ia belum bisa memastikan apakah pintu darurat itu bagian dari pesawat Air Asia yang hilang.

"Benda sudah kami angkut ke kapal, dan kami yakin ini serpihan pesawat bertuliskan emergency exit door," kata Yayan menjawab pertanyaan Kepala Basarnas. Mendengar jawaban tersebut Sulistyo memerintahkan untuk segera mengevakuasi temuan benda itu ke pangkalan terdekat.

Kolonel Yayan terus menyampaikan informasi yang dilihatnya ke semua tim SAR. Tak berselang lama, Yayan menyampaikan kru kapal juga menemukan tabung oksigen berkapasitas untuk 40 personel dan koper kecil berwarna biru berukuran 65x40 sentimeter.

Koper tersebut berisi tiga payung, bubur bayi dan makanan ringan yang sudah bercampur avtur, bahan bakar pesawat. Ditemukan juga kemudian ada banyak serpihan yang terlihat di sekitar lokasi seperti pecahan bagasi milik penumpang.

Sesaat kemudian, ia menginformasikan temuan yang mengagetkan. "Kami juga melihat ada benda seperti jenazah manusia yang terapung, tapi kita belum bisa pastikan," kata Sofyan melalui radio komunikasi yang terdengar di KN 224.

Tak lama, dia memastikan itu adalah mayat manusia. Hampir semua kru dan wartawan yang berada di dalam KN 224 secara bersamaan berucap lirih Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Mendengar berita tersebut, Kapten KN SAR 224, Ahmad, langsung mengubah haluan dan mempercepat laju kapalnya ke arah koordinat ditemukannya benda tersebut.

"Tambah kecepatan jadi 19,2 knot (awalnya 16,5 knot)," ujar kapten kapal Ahmad. Sayang, semakin sore, cuaca buruk terus menghadang kapal ini. Ahmad pun memutuskan kapal harus bersandar di Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement