Kamis 01 Jan 2015 19:43 WIB

Angkutan Umum di Jakarta Barat Tolak Turunkan Tarif

Rep: c94/ Red: Joko Sadewo
Angkutan umum metromini melakukan pengisian bahan bakar di salah-satu SPBU, Jakarta, Jumat (8/8). (Republika/Adhi Wicaksono)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Angkutan umum metromini melakukan pengisian bahan bakar di salah-satu SPBU, Jakarta, Jumat (8/8). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, KALI DERES -- Meski pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni jenis premium yang seharga Rp 8.500 menjadi Rp7.500 dan jenis solar dari harga Rp7.500 menjadi Rp7.250, sopir angkutan umum menolak menurunkan tarifnya.

Mereka berdalih tidak turunnya karena uang setoran menjadi pertimbangannya. Saat ditemui di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (1/1). Seorang sopir jurusan Cadas-Kalideres bernama Nur Rahman (19) mengaku tidak akan menurunkan tarif lamanya. "Untuk setoran saja tidak ada penurunan. Entar kalau setorannya turun, baru saya turunin tarif, untuk sekarang tarif masih Rp 6 ribu,"katanya.

Selain setoran, Rahman dan temen sopir lainnya mengaku beratnya kebutuhan sehari-hari menjadi faktor kuat yang membuat mereka sepakat tidak menurunkan tarif. "Bahan pokok lainnya masih tetap dan tidak mengalami penururan,"katanya.

Seharinya Rahman mengaku harus memberi setoran kepada pemilik kendaraan sebesar Rp 200 ribu. Lebih beratnya, ia harus menambah biaya pembelian premium/bensin sebanyak 20 liter per hari. "Harga BBM turun pun sama saja tidak ada perubahan sebab pasti ada resiko gali lubang tutup lubang, tidak setiap harinya setoran ke kejar,"jelasnya.

Selain Rahman, sopir Kopami P12 jurusan Senen-Kalideres, Ahmad Jaelani (61) mengaku, selain tidak turunnya setoran dan biaya hidup yang tinggi, harga spare part menjadi masalah lainnya. Sehingga ia tetap memasang tarif Rp 4.000 per orangnya. "Ini kan kendaraan yang umurnya sudah tua, jadi butuh perawatan lebih. Lagian mana bisa turun tarif kalau harga solar turunnya hanya sedikit,"katanya.

Pria yang sudah puluhan tahun menjadi sopir itu menjelaskan lebih rincin. Setiap harinya ia harus menyetor uang Rp 410 ribu kepada pemilik kendaraan. Serta ia harus menyiapkan uang solar sebesar Rp 275 ribu untuk delapan kali perjalanan. "Turun Rp250 itu enggak berasa apa-apa, ditambah saya harus ngasih kenek juga bang,"ujarnya.

Meskipun demikian,  Jaelani mengaku kebingungan apabila pihak Organda DKI telah menetapkan tarif baru seiring menurunnya harga BBM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement