REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Penerbangan Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura tak membawa serta dokumen laporan prakiraan cuaca dari Stasiun BMKG Juanda. Padahal, seharusnya dokumen laporan cuaca resmi tersedia di meja pilot setiap kali penerbangan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Satisun Juanda Bambang Setiajid menyampaikan, dokumen tersebut merupakan panduan pilot untuk memahami cuaca saat penerbangan.
"Terlebih, hal tersebut tertulis, baik dalam regulasi internasional maupun nasional," ujar Bambang kepada Republika, Kamis (1/1).
Ditemui di Stasiun BMKG Juanda, Kepala Kelompok Analisa dan Prakiraan BMKG Juanda Taufik Hermawan menjelaskan, dokumen prakiraan cuaca untuk penerbangan disebut terminal aerodrome forecast atau TAF.
Dokumen TAF, diinformasikan Taufik, diperbarui tiga kali dalam 24 jam, yakni untuk penerbangan pagi, yang valid pukul 03.00-12.00 UTC (10.00-19.00 WIB), penerbangan siang, valid pukul 06.00-18.00 UTC (13.00-00.00 WIB) dan penerbangan malam, valid pukul 08.00-06.00 UTC (00.00-13.00 WIB).
Di dalamnya, menurut Taufik, mencakup sejumlah informasi penting, di antaranya adalah kondisi angin dan temperatur, citra satelit terbaru, dan kondisi-kondisi penting, seperti adanya awan cumulusnimbus (cb). Awan cumulusnimbus, dijelaskan Taufik, adalah gumpalan awan yang membeku dengan temperatur di atas 60 derajat celsius.
"Sejak Sabtu (27/12), jam 02.00 UTC atau jam 19.00 malam, kami lihat cb-nya luar biasa. Melihat situasi saat itu, secara pribadi, saya sudah bisa menyarankan untuk menunda penerbangan," ujarnya.
Meskipun Air Asia tidak mengambil laporan cuaca dari Stasiun BMKG Juanda, menurut Taufik, bisa saja mereka menggunakan sumber lain, termasuk sumber elektronik (internet). Namun, Taufik mengaku tidak tahu Air Asia menggunakan sumber informasi cuaca dari mana.