REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ikut bergabung dalam proses evakuasi Air Asia hari ini. Deputi Operasi Basarnas Tatang Zainuddin mengatakan, kapal tersebut memiliki kemampuan pelacak bawah air (underwater locater).
"Kapal tersebut memiliki kemampuan untuk mendeteksi sinyal kotak hitam (black box)," kata Tatang di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis (1/12).
Tatang mengatakan, selain memiliki kemampuan melacak di bawah air, kapal tersebut juga memiliki sistem multibeam scan sonar untuk mendeteksi logam dan melihat gambaran tiga dimensi di dalam air.
"Ini yang kita tunggu, kapal milik BPPT yang dilengkapi dengan detektor yang ada di Kapal Barunajaya I, sudah berada di lokasi dan sekarang sedang melakukan operasi pencarian. Mudah-mudahan bisa cepat ditemukan badan pesawat yang kita tunggu," ujarnya.
Dari data yang dirilis Basarnas hari ini, ada 57 kapal dalam negeri yang terlibat dalam pencarian korban dan pesawat Air Asia. Selain itu, ada lima kapal Singapura, dua kapal Malaysia dan satu kapal Amerika Serikat yang ikut dalam pencarian tersebut.
Untuk kekuatan udara, ada tambahan satu pesawat sehingga total ada 10 pesawat dan 17 helikopter Indonesia. Dua helikopter dan dua pesawat milik Singapura, satu pesawat milik Malaysia, serta satu pesawat milik Korea Selatan pun ikut diturunkan dalam proses pencarian.
Pesawat Air Asia dari Surabaya tujuan Singapura jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu (28/12) pagi. Saat ini sudah enam jenazah yang baru dievakuasi dari KRI Banda Aceh. Empat diantaranya masih di Pangkalan Bun dan dua sudah tiba di Surabaya.