Rabu 31 Dec 2014 17:05 WIB

Tahun Sepak Bola Indah, Tahun Sepak Bola Gajah

Abdullah Sammy
Abdullah Sammy

REPUBLIKA.CO.ID,  Catatan Akhir Tahun Sepak Bola 2014, Oleh Abdullah Sammy

Twitter: sammy_republika

Dunia sepak bola menjadi magnet utama peristiwa olahraga tahun 2014. Semua itu tak terlepas dari perhelatan Piala Dunia 2014 yang dihelat di “negaranya sepak bola”, Brasil.

Nyatanya, Piala Dunia 2014 benar-benar menjadi ajang yang penuh kejutan. Tak hanya itu, pentas Piala Dunia 2014 banyak menampilkan aksi sepak bola indah. Kosta Rika, Cile, Jerman, Belanda, dan Kolombia menjadi sejumlah tim yang mempertontonkan aksi sepak bola atraktif sepanjang turnamen.

Kejutan terbesar pertama adalah kala juara bertahan Piala Dunia 2010, Spanyol, digilas Belanda 1-5 di laga pembuka grup, (13/6). Kemenangan Belanda ini diwarnai aksi terbang Robin van Persie untuk menanduk bola yang menjebol gawang Spanyol.

Seusai laga itu, pelatih Spanyol Vicente Del Bosque sampai harus meminta maaf. "Ini hasil yang benar-benar tak bisa diterima. Saya meminta maaf," kata Del Bosque, seperti dilansir laman FIFA.

Tak cukup sampai di situ, Del Bosque malah harus menanggung malu yang lebih besar. Sebab, di laga kedua, La Furia Roja luluh lantak oleh permainan sepak bola indah Cile.

Sang juara dunia 2010 pun harus pulang kandang lebih awal dari Brasil. Era tiki-taka yang sejak 2008 menguasai dunia resmi berakhir. Namun, kejutan terbesar ternyata bukan soal tersingkirnya Spanyol.

Tuan rumah Brasillah yang mencatatkan aib terbesar tahun ini. Di kandang sendiri, Brasil yang berambisi menjuarai Piala Dunia malah menanggung malu. Brasil dilumat 1-7 oleh Jerman di babak semifinal.

Ini adalah sejarah kekalahan terburuk Brasil di dunia sepak bola. Sebaliknya, Jerman mencatatkan performa yang mengundang decak kagum dunia. Jerman pun membuktikan bahwa mereka tak lagi memainkan sepak bola kaku khas Panser masa lalu.

Jerman di bawah pelatih Joachim Loew malah menjadi pionir baru sepak bola indah yang mengombinasikan operan pendek dengan pergerakan di sektor sayap. Dengan gaya sepak bola indahnya, Jerman pun menjadi juara Piala Dunia 2014 setelah mengalahkan Argentina, 1-0, lewat perpanjangan waktu, (14/7).

Kehebatan sepak bola Jerman tak berhenti sampai di situ. Memasuki pembuka musim 2014/2015, klub-klub Jerman langsung tancap gas di Liga Champions. Hasilnya, empat klub asal Negara Bavaria memastikan lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim 2014/2015. Jerman pun menjadi liga yang paling banyak menyumbangkan tim di fase knock-out Liga Champions.

Di sektor individu, Manuel Neuer mewakili hegemoni Jerman. Kiper timnas Jerman dan Bayer Muenchen ini menjadi kandidat pemain terbaik dunia 2014 bersama Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Walau peluang meraih Ballon d'Or tipis, Neuer tetap puas. "Saya puas karena tahun ini benar-benar sempurna. Gelar juara dunia tak ada tandingannya," kata Neuer, dilansir laman FIFA.

Neuer agaknya sadar diri bahwa secara individu tahun 2014 ini adalah milik seorang Ronaldo. Semua tak terlepas gelar Liga Champions yang diraih bintang timnas Portugal itu bersama Real Madrid di tahun 2014. Ronaldo pun melengkapi gelar Liga Champions dengan titel Piala Dunia Antarklub 2014 di akhir Desember.

Secara umum, sepanjang tahun 2014 Ronaldo telah mencetak 60 gol. "Ronaldo tak ada bandingannya. Dia adalah yang terbaik sepanjang masa," puji agen Ronaldo, Jorge Mendes.

Kisah suksesnya sepak bola indah Jerman menjadi sajian utama di tahun 2014. Lantas, bagaimana sepak bola nasional?

Ya, seperti biasa, sepak bola Indonesia belum memberi banyak kabar gembira. Timnas U-19 yang tahun ini menjadi harapan utama gagal total di Piala AFF junior dan Asia U-19. Prestasi lebih buruk dicatatkan timnas senior yang digilas Filipina, 0-4, di Piala AFF 2014. Hasil ini melengkapi tersingkirnya tim Garuda senior dari putaran grup.

Situasi yang lebih buruk terjadi di kompetisi sepak bola dalam negeri. Kisah indah mungkin hanya berlaku bagi pendukung Persib Bandung yang menjadi juara Liga setelah menanti 20 tahun.

Namun, lebih dari itu, kisah sepak bola nasional dihiasi oleh buruknya kepemimpinan wasit dan permainan para mafia. Permainan para mafia di Liga Indonesia terungkap setelah insiden sepak bola gajah antara PSS Sleman dan PSIS Semarang.

Seusai kejadian itu PSSI mengakui bahwa ada otak mafia yang mengendalikan laga sepak bola di Indonesia. Walhasil, di Indonesia, sepak bola Indonesia belum merajut kisah indah, melainkan masih permainan “gajah”.n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement