REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan Chappy Hakim membuat analisis terkait hilangnya pesawat Air Asia kode penerbangan QZ8501 pada Ahad (31/12) pagi WIB. "Alhamdulilah, the missing plane berhasil ditemukan. Semoga tindaklanjutnya dapat berjalan lancar. Turut berduka mendalam bagi keluarga korban," katanya melalui akun Twitter, @chappyhakim.
Menurut dia, beragam analisis dari pengamat belum dapat dipastikan kebenarannya selama kotak hitam pesawat belum ditemukan. "Pada prinsipnya kita tidak akan tahu apa sebenarnya yang terjadi terhadap pesawat AirAsia yang mengalami kecelakaan sampai dengan black box ditemukan," katanya.
Dia pun menyoroti keberadaan air traffic control (ATC) di Indonesia yang kinerja patut dipertanyakan. Masalah lainnya, adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang berdiri terpisah dengan otoritas penerbangan RI.
"Beredar bahasan di luar negeri tentang evaluasi terhadap cuaca yang berbeda dengang di RI. Penyebabnya adalah meteorologi dengan otoritas penerbangan di RI berdiri terpisah," kata mantan kepala staf Angkatan Udara (KSAU) itu.
Menurut dia, jajaran ATC RI tidak memiliki data langsung tentang cuaca. "Itu sebabnya controller tidak bisa secara langsung memberikan instruksi berkait cuaca," katanya. "Penanganan manajemen penerbangan di Indonesia masih belum terpadu pada konteks pengaturan air traffic dengan Jawatan Cuaca (khusus penerbangan)."