REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Derivatif Pertanian Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suharyo Husen pun masih memprediksi, Indonesia masih akan impor beras di 2015. "Pada dasarnya kita mendukung program pak Presiden, tapi untuk 2015 cuaca masih tidak mendukung untuk swasembada, makanya kita masih akan impor," tuturnya kepada Republika pada Senin (29/12).
Lagi pula, lanjut dia, sebelum memastikan untuk impor atau tidak, terleebih dahulu mesti dibenahi data statistik perberasan agar akurat. Makanya, ia bersama pemerintah tengah merencanakan penyelenggarakan singkronisasi data perberasan Indonesia, agar ke depan program yang dicanangkan sesuai dengan realita. Pemerintah diprediksi masih akan melakukan impor beras di 2015.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir pun mengungkapkan hal senada. Dikatakannya, bila mengacu pada blue print pemerintah, target 73,4 juta ton gabah kering giling di 2015 bisa jadi tercapai. Blue print mencakup program menaikkan IP, pengadaan pupuk, benih dan irigasi. Namun, kata dia, ada faktor x yang tak bisa diabaikan yakni cuaca. "Kalau prediksi BMKG, cuacanya buruk, itu bisa menggagalkan rencana, ini tidak boleh diabaikan, harus diantisipasi," ujarnya.
Sementara itu, Badan Urusan Logistik (Bulog) optimis Indonesia tak akan impor beras di 2015. Pasalnya, saat ini pemerintah tengah memproyeksikan pertumbuhan produksi pangan 2015 agar naik hingga lima persen lebih tinggi dari tahun ini. "Kami optimis nggak impor beras 2015, " ujar Plt Direktur Utama Perum Bulog Budi Purwanto. Pasalnya, produksi padi 2015 direncanakan mencapai 73,4 juta ton gabah kering giling atau GKG naik 2,79 juta ton dibandingkan pencapaian tahun 2014 sebesar 70,61 juta ton GKG.