Senin 29 Dec 2014 18:37 WIB
AirAsia hilang

Saham Air Asia Alami Penurunan Terbesar dalam Empat Tahun Terakhir

Pilot Air Asia
Foto: antara
Pilot Air Asia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR-- Saham AirAsia, maskapai penerbangan bertarif rendah terbesar di Asia Tenggara, kehilangan hampir sembilan persen di pasar Kuala Lumpur, Senin, setelah salah satu pesawat jetnya hilang bersama 162 orang di dalamnya.

Namun para analis mengatakan dampak pada sektor maskapai tarif murah akan terbatas karena popularitasnya. Saham perusahaan merosot 12 persen menjadi 2,60 ringgit pada pembukaan tetapi pulih sedikit menjadi berada di 2,69 ringgit, masih turun 8,50 persen, pada penutupan.

Itu penurunan terbesar Air Asia sejak 2011. Indeks acuan Kuala Lumpur (KLCI) naik 0,23 persen. Sekitar 102 juta saham AirAsia diperdagangkan, membuatnya sahamnya paling aktif di bursa. Seorang pialang lokal mengatakan kepada AFP, para investor terus menjual saham AirAsia.

Namun tekanan jual tampaknya berkurang karena mereka mencerna fakta bahwa pesawat yang hilang milik unit usaha perusahaan Malaysia itu di Indonesia. Pendiri perusahaan riset penerbangan Endau Analytics, Shukor Yusof mengatakan investor dan kreditur akan tetap kuat di belakang Air Asia dan CEO-nya Tony Fernandes, yang mengubah maskapai itu menjadi maskapai penerbangan bertarif rendah paling sukses di Asia.

"Reaksi pasar sangat alami. Saya tidak terkejut. Saya kira kepercayaan investor akan kembali dengan cepat karena maskapai ini memiliki model bisnis yang kuat," katanya.

Shukor juga mengatakan insiden tersebut tidak akan mengurangi antusiasme publik untuk bepergian dengan AirAsia. "Insiden ini akan memiliki dampak yang sangat minimal pada 'load factor' AirAsia di kuartal berikutnya. Ini tidak akan merusak 'bottom line' perusahaan penerbangan," kata dia.

Indonesia melanjutkan kembali pencarian pesawat Airbus A320-200 yang hilang di Laut Jawa pada Minggu pagi melalui laut dan udara pada Senin pagi. Ekonom Ya Kim Leng, dekan Sekolah Bisnis Universitas Sains dan Teknologi Malaysia, mengatakan dampak negatif pada harga saham perusahaan akan berumur pendek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement