Senin 29 Dec 2014 05:40 WIB
AirAsia hilang

Usia QZ 8501 Lebih Uzur Dibanding Standar Airbus A320-200

Pesawat AirAsia AirbusA320-200 yang serupa dengan pesawat di gambar ini hilang kontak dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura.
Foto: AFP
Pesawat AirAsia AirbusA320-200 yang serupa dengan pesawat di gambar ini hilang kontak dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pesawat AirAsia yang hilang tergolong muda dari standar pesawat komersial. Meski begitu pesawat Airbus jenis ini juga dinilai sudah bekerja keras dan kekurangan diagnosa mesin secara real time, sesuai dengan perannya sebagai pesawat short-haul.

Airbus A320-200 dikirim ke Air Asia pada tahun 2008. Pesawat ini tercatat memiliki 23 ribu jam terbang dengan 13.600 penerbangan, menurut pernyataan Airbus.

Statistik tersebut membuat usia QZ 8501 jadi antara lima sampai enam tahun lebih tua dibanding standar siklus hidup industri bagi Airbus A320-200 yaitu 25 tahun. Artinya juga, pesawat ini beroperasi dalam rata-rata siklus kejra lebih dari enam penerbangan per hari sejak pertama kali mengudara.

Mesin pesawat ini dibuat oleh CFM International, perusahaan gabungan Amerika-Prancis dan dimiliki bersama oleh General Electric dan Safran. Air Asia berlangganan servis pada GE Maintenance yang mencakup diagnosa real time untuk monitoring, menurut situs GE.

Sistem tersebut biasanya digunakan pada pesawat long haul dan bisa memberikan petunjuk pada maskapai dan penyelidik terhadap apa penyebab kesalahan. Juru bicara GE mengatakan pada Reuters, pesawat QZ 8501 tidak memiliki real-time remote engine diagnostics service.

Menurut keterangan Air Asia, pesawat tersebut terakhir menjalani perawatan pada 16 November 2014.

Ada lebih dari 6.000 pesawat tipe A320-200 yang beroperasi. Pesawat ini didesain untuk rute pendek.

Sementara itu, badan Prancis yang bertugas memeriksa jatuhnya pesawat atau BEA mengirimkan dua petugasnya ke Jakarta. Mereka akan membantu menginvestigasi sebab hilangnya pesawat Air Asia QZ 8501 yang seharusnya sudah mendarat di Singapura kemarin pagi (28/12).

Dikutip dari Reuters, Senin (29/12), BEA bertugas membantu penyelidikan semua kecelakaan pesawat Airbus. Sebab Airbus merupakan perusahaan yang berbasis di Prancis.

Selain mengirimkan dua petugasnya, dua pakar dari Airbus akan turut terbang ke Jakarta. Bantuan untuk menginvestigasi hilangnya QZ 8501 tidak datang dari Prancis saja. Badan keselamatan transportasi AS juga mengatakan ikut memonitor pencairan QZ 8501. Mereka pun siang terbang ke Jakarta jika dibutuhkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement