Senin 29 Dec 2014 02:18 WIB

Sebelum Terbang ke Singapura, Ratri Sudah Ragu

Rep: C54/ Red: Indira Rezkisari
Keluarga penumpang Air Asia QZ 8501 menanti dengan cemas di Bandara Juanda, Surabaya, Ahad (28/12).
Foto: Reuters
Keluarga penumpang Air Asia QZ 8501 menanti dengan cemas di Bandara Juanda, Surabaya, Ahad (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO - Otoritas Bandara Juanda melaporkan, total penumpang dan kru pesawat Air Asia QZ 8051 yang lenyap dalam penerbangan Surabaya-Singapura, Ahad (28/12) pagi berjumlah 162 orang. Dari jumlah tersebut, belakangan diketahui 25 di antaranya adalah rombongan tur wisata.

Ke-25 wisatawan tersebut berencana mengunjungi sejumlah destinasi wisata di Singapura dan Malaysia selama tiga hari ke depan. Mereka bergabung dalam program paket wisata yang dikelola oleh agensi perjalanan Universal, yang beralamat di Jalan Dharmahusada, Surabaya.       

Para pelancong itu ditemani seorang pemandu perempuan bernama Ratri Sri Andriani (30). Keberadaan Ratri dan ke-25 peserta tur wisata tersebut dalam AirAsia QZ 8051 diketahui dari keluarga Ratri yang berkumpul di Bandara Juanda sejak Ahad siang.

Suami-istri Bambang dan Sumini terduduk lesu pada kursi plastik di depan ruangan Crisis Center di Terminal II Bandara Juanda. Mata Bambang memejam lelah, sementara istrinya tak kuasa menahan air matanya yang bertetesan.

Tangan kanan keduanya menggengam tasbih.  Jari-jemari mereka terus menggulirkan biji-biji tasbih, memuja-muji Tuhan berharap keselamatan anak mereka.  Sumini bercerita, ia sudah merasakan firasat buruk sejak tiga hari yang lalu.

Tiga hari lalu, menurut Sumini, Ratri tampak linglung datang ke rumahnya di daerah Rungkut, Surabaya. "Dia tiba-tiba datang pakai sepeda motor, duduk di teras tapi enggak mau masuk, katanya cuma mau lihat-lihat pemandangan rumah," ujar sumini.

Ketika itu, menurut Sumini, Ratri datang sore sepulang kerja, dan hanya duduk di teras hingga waktu Isya. "Kata dia, 'enggak tahu, Bu, sepedaku tiba-tiba belok aja ke sini'," ujar Sumini menirukan kata-kata anaknya.    

Menurut Sumini, anaknya yang sering bolak-balik keluar negeri itu, sebelum penerbangan terakhirnya, berkata bahwa ia merasa ragu dan bingung. "Saya bilang, Istikharah, Nak," ujar Sumini sambil menyeka air matanya.

Tak jauh dari Bambang dan Sumini, duduk di lantai lelaki kira-kira berusia 35 tahun tahun bernama Dimas. Pria bermata merah dan sembab itu adalah suami Ratri. Mereka menikah 10 tahun lalu dan kini dikarunia dua orang anak, Dhika (10) dan Sheila (8).

Dimas jelas tidak bisa menyembunyikan kekalutannya ketika Republika mengajaknya berbicara. Bercerita dengan agak linglung, menurut Dimas, tidak ada yang aneh dengan Ratri menjelang keberangkatannya. "Dia cuma kirim pesan setengah enam, sebelum terbang, ya, kayak biasanya," ujarnya.

Dimas dan Ratri tinggal di Perumahan Bluru Permai, Sidoarjo. Di mata kawan-kawannya, Ratri adalah sosok yang ramah. "Dia orangnya ramah, enak diajak berteman," ujar Winda, karib Ratri sejak SMP, yang menyempatkan datang ke Bandara Juanda.

Bambang, ayah Ratri, berharap pemerintah bekerja bersungguh-sungguh dan tidak membiarkan informasi simpang-siur beredar. Sebelumnya, melalui layanan BlackBerry Messanger (BBM), memang beredar kabar Air Asia QZ 8051 mendarat darurat di Belitung Timur.    

Informasi tersebut membuat keluarga penumpang resah, dan lantas dibantah pihak otoritas Bandara Juanda. Dalam konferensi pers terakhir Ahad (28/13) pukul 20.00, pepencarian sawat jenis Airbus A320 dikabarkan berlum berhasil.

Mengklarifikasi kesimpang-siuran, pihak Air Asia menyatakan, jumlah total penumpang adalah 155, terdiri dari 137 dewasa, 17 anak-anak dan satu bayi. Sementara itu, kru tercatat sejumlah tujuh orang, terdiri dari dua pilot, empat pramugari/pramugara dan satu teknisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement