Ahad 28 Dec 2014 16:14 WIB

Ini Penjelasan BMKG Terkait Cuaca di Wilayah Hilangnya Air Asia

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Petugas bandara Changi memegang tanda nomor penerbangan maskapai Air Asia QZ 8501 yang hilang kontak dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura, Ahad (28/12). (Reuters/Edgar Su)
Petugas bandara Changi memegang tanda nomor penerbangan maskapai Air Asia QZ 8501 yang hilang kontak dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura, Ahad (28/12). (Reuters/Edgar Su)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pesawat Airbus A320-200 milik maskapai asal Malaysia, Air Asia diketahui hilang kontak dengan ATC di Jakarta sekitar pukul 06.17 pagi tadi. Pesawat yang membawa  155 penumpang ini hilang pada ketinggian 4.700 kaki menuju Bandara Changi, Singapura.

Plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubugan, Joko Muryatmojo mengutarakan bahwa pesawat sempat menghindari awan tebal dan meminta untuk menambah ketinggian terbang. Faktor cuaca inilah yang disebut menjadi penyebab kuat atas hilangnya pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 ini.

Kepala Bidang Cuaca Ekstrem BMKG, Kukuh Ribudiyanto mengungkapkan, memang di wilayah Indonesia Bagian Barat, termasuk dengan lokasi dugaan hilangnya pesawat tersebut, mengalami cuaca buruk. "Berdasarkan citra satelit, memang ada cuaca buruk," jelasnya kepada Republika, Ahad (28/12).

Cuaca buruk ini, lanjut Kukuh disebutkan dengan adanya awan Cumolo Nimbus atau awan Cb (sibi) yang terdapat di Indonesia Bagian Barat.  Awan Cb ini, Kukuh melanjutkan, tidak bisa diprediksi jauh-jauh hari. Dia menjelaskan, awan Cb terjadi lantaran adanya zona yang memiliki kelembaban tinggi dan dilewati oleh pertemuan siklon tropik yang sering terjadi di Indonesia.

Selain itu biasanya awan ini menjadi hujan angin dan puting beliung. Awan Cb ini pulalah yang harus dihindari oleh pilot yang menerbangkan pesawatnya untuk menghindari turbulensi yang parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement