REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Manajemen HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer) belum bisa mentaksir total nilai kerugikan akibat musibah kebakaran. Lewat Humas HPPK, Kusbani, dalam tempo dekat pihaknya akan melakukan pendataan kerugian yang diderita pedagang.
Tugas melakukan pendataan kerugian, kata Kusbani, perlu mengumpulkan seluruh anggota HPPK. Paling tidak, melakukan koordinasi dengan pedagang. Ini dilakukan untuk menyusun data jumlah kerugian dari musibah kebakaran ini. ''Setelah terkumppul data, baru kami bisa memastikan besarnya kerugian yang diderita,'' kata dia, Ahad (28/12).
Kusbani mengatakan, hingga saat ini dirinya memperkirakan jumlah kerugian mencapai angka Rp 10 triliun. Ini berdasar hitungan kasar. ''Jika dilihat dari sedikitnya jumlah barang yang berhasil diselamatkan, kami memerkirakan total kerugian sekitar Rp 10 triliun,'' kata Kusbani.
Disinggung mengenai asuransi, Kusbani mengaku dari 1.660 kios dan los terbakar hanya sekira sepuluh sepuluh persen diasuransikan. ''Data yang kami miliki, tidak semua pedagang melindungi barang dagangan dengan asuransi. Hanya sekitar sepuluh persen saja yang dilindungi asuransi,'' katanya.
Sekedar diketahui, kendati Pasar Klewer dijadikan rujukan bisnis batik, tekstil dan produk tekstil bertaraf nasional, namun bisnis transaksi di sana masih dikenal model tradisional. Kadang transaksi antar pedagang dilakukan diatas secarik kertas bekas. Tulisan mirip seperti 'cek' tersebut, sudah laku dipindah tangankan ke pedagang lain.
Sejak dari dulu, trasaksi bisnis di sini masih mengandalkan kepercayaan. Kadang, banyak pedagang luar kota yang mengambil barang dagangan dari sini. Awalnya, mereka mengambil barang lancar dalam pembayaraan. Belakangan, buntutnya ngemplang. Atau sering memberi GB (Giro Bilyet) bodong. Tidak sedikit yang berakhir hingga menja pengadilan.