REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAARTA -- Saat kali pertama Ridwan Mukti menjabat bupati tahun 2005 lalu, Kabupaten Musi Rawas diwarnai dengan keterbatasan.
Musi Rawas termasuk Daerah Tertinggal di Indonesia. Sehingga tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya di kabupaten ini.
Bahkan ada belasan ribu masyarakat yang belum pernah melihat mobil akibat daerahnya yang terisolir, ada 119 desa terisolir dari total 200 desa. Serta hampir seluruh desa belum teraliri listrik.
“Sehingga saya membangun Musi Rawas dari minus. Waktu itu, hanya ada lima SMA se kabupaten, padahal kecamatannya ada 21 dan SMP hanya ada 25, SD hanya 200. Tidak ada perguruan tinggi,” kata Bupati Ridwan Mukti kepada Republika di Yogyakarta, Kamis (25/12).
Sedang untuk memulai pembangunan tersebut, tahun 2005 Ridwan hanya memiliki anggaran Rp 300 miliar. Sehingga dirinya harus memutar otak agar pembangunan di Musi Rawas bisa terlaksana dengan baik. Dipilihlah program menciptakan Musi Rawas Darussalam dengan mencetak banyak penghafal Alquran.
Ada tiga pilar inti pembangunan Musi Rawas Darussalam yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dalam pilar pendidikan, Ridwan Mukti menginginkan agar masyarakat Musi Rawas, tidak hanya cerdas ilmu, tetapi juga bisa cerdas beriman.
“Tujuan Musi Rawas Darussalam membentuk masyarakat yang berakhlakul karimah. Ciri-ciri masyarakat berakhlakul karimah adalah pertama, cerdas berilmu dan cerdas beriman,'' papar Ridwan Mukti.
Kedua, kata dia, sehat jasmani dan rohani. Ketiga, masyarakatnya mapan (mapan harta dan mapan hati). ''Kita ingin membangun masyarakat cerdas berilmu, cerdas beriman, sehat jasmani dan rohani, serta masyarakat mapan harta dan mapan hati,” kata Ridwan menjelaskan.