REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana tsunami yang menewaskan ratusan ribu nyawa di Aceh pada 2014 akan diperingati pada 26 Desember. Cerita di balik upaya Wakil Presiden JK untuk menyelamatkan ratusan korban tsunami pun terungkap melalui buku 'Ombak Perdamaian' yang ditulis oleh Fenty Effendy.
Saat itu, usai mendapatkan kabar adanya bencana tsunami di Aceh, JK langsung memerintahkan Menkominfo Sofyan Djalil untuk berangkat ke Banda Aceh. Sementara itu, suasana tegang pun terlihat saat JK menghadiri acara halal bihalal yang juga dihadiri oleh Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur Aceh Azwar Abubakar di Jakarta.
Sofyan yang juga orang Aceh diminta untuk segera terbang menggunakan pesawat wapres. "Pakai pesawat saya saja," kata Wapres saat itu. JK juga meminta Kapten Didit Soerjadi yang merupakan pilot Fokker F-28 milik keluarga JK untuk segera terbang ke Aceh.
Tiba di Aceh, Sofyan memberikan kabar jumlah korban yang tewas yang saat itu diperkirakan mencapai ribuan orang. JK pun tersentak. Berkali-kali JK beristigfar. "Astagfirullah, astagfirullah," kata JK. Sementara para menteri lainnya tertunduk, hening di dalam ruang rapat.
JK pun segera memerintahkan para menterinya untuk mempersiapkan bantuan. Ia meminta persediaan obat-obatan segera disiapkan.
Namun, saat perwakilan dari Kementerian Kesehatan mengatakan sulitnya untuk mempersiapkan obat-obatan, JK pun marah.
"Tapi ini kan sudah tengah malam,Pak. Semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya kami tak tahu tinggal di mana," kata perwakilan Kemenkes.
Tiba-tiba, langsung terdengar gebrakan meja yang dipukul oleh JK. "Apa yang ada di pikiran Saudara ini? Rakyat Anda menderita begini masih saja bicara soal gembok. Sekarang, berikan alamat gudang-gudang tersebut. Tak usah cari yang pegang kunci gembok. Ambil pistol, tembak gembok itu. Tidak ada lagi aturan tentang tata cara membuka gudang sekarang ini. Yang ada hanyalah kerja untuk menyelamatkan yang masih hidup. Laksanakan!," kata JK.
Tak hanya sekali JK marah dan menggebrak meja. Sekali lagi ia marah saat ia memerintahkan perwakilan dari Kemensos untuk menyediakan makanan.
Pihak dari Kemensos saat itu mengatakan telah menyiapkan mie instan. Namun, JK memerintahkan untuk menyiapkan uang kontan.
"Jangan berpikir bawa mie instan ke Banda Aceh karena terlampau mahal biaya angkutnya. Bawa uang tunai, kita beli saja di Medan," kata JK.
"Masalahnya, Pak, kami tidak mudah mengeluarkan uang tunai karena ada proses dan mekanismenya," ujar pak Dirjen saat itu.
JK pun geram. Sekali lagi ia memerintahkan untuk membawa uang kontan untuk membeli persediaan makanan di Medan. Bahkan, ia mengancam bagi para pejabat yang menolak perintahnya, untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
"Saya adalah Wapres dan saudara adalah pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini. Saya yang bertanggung jawab atas segala persoalan yang akan timbul di kemudian hari. Saya yang masuk penjara, bukan Saudara. Kalau Saudara tetap menolak perintah ini, maka letakkan jabatan Saudara sekarang juga," kata JK.