REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Utama PT Pindad (Persero) Silmy Karim menyatakan industri pertahanan nasional mesti tumbuh sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional.
"Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian industri pertahanan nasionalnya. Jangan dari negara lain, kebangkitan dan pertumbuhan industri pertahanan cermin keberhasilan pembangunan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia sekaligus ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa," kata Silmy Karim di Bandung, Selasa (23/12).
Pemerintah melalui Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Kemeneg BUMN) menunjuk Silmy Karim untuk menjadi Direktur Utama PT Pindad (Persero) melalui Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-270/MBU/12/2014 tertanggal 22 Desember 2014.
Sebagai nakhoda baru ia akan menuntaskan pekerjaan rumah yang telah dimulai oleh pendahulunya Sudirman Said, kini menjabat Menteri ESDM, dalam proses transformasi Pindad sebagai industri pertahanan di tanah air.
"Kami bertekad untuk mendukung kebijakan pemerintah yang ingin membangun kemandirian industri pertahanan dari karya putra putri terbaiknya di Pindad," katanya.
Silmy menyebutkan Pindad telah merintis berbagai program kemitraan strategis yang dapat membantu terjadinya alih teknologi dan pembukaan pasar baru.
Ia mencontohkan upaya kerjasama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) yang juga berinduk ke Rheinmetall di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang, merupakan bagian dari upaya strategis untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi bagi para karyawan Pindad untuk memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI.
"Penekanan pula pada kerjasama itu mesti mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari 'supply chain global' yang harus kita kuasai kelak," katanya.