REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional, Sumirat mengatakan Indonesia saat ini masuk Darurat Narkoba. Pasalnya, hampir 20.000 warga Indonesia positif sebagai pemakai narkoba.
"Ini masa darurat. Makin banyak pemuda yang terjerembab dalam lubang nista tersebut," ujar Sumirat saat ditemui Republika di Kantor Imigrasi Kelas Dua Kota Depok, Senin (22/12).
Menurut Sumirat dari 20.000 warga yang positif menggunaka narkoba, 60 persennya berada dalam usia bekisar 17-27 tahun. Namun keseluruhan jumlah tersebut adalah mereka yang berada pada usia produktif. Sumirat mengakui persoalan Narkotika hingga hari ini masih menjadi pekerja rumah yang belum terselesaikan.
"Peta dan jaringannya terlalu besar dan terselubung," ujar Sumirat.
Sumirat mengatakan, pihaknya selalu berusaha melakukan pencegahan. Mulai dari sosialisasi hingga tindak tegas. Sumirat mengatakan data hingga Oktober 2014 jumlah pengguna narkoba malah naik.
Ia mengatakan pihaknya selalu melakukan kordinasi dengan segala steakholders untuk mencegah aliran narkotika yang selama ini kerap mampir di Indonesia. Sumirat mengaku Indonesia memang menjadi pasar empuk bagi para bandar narkotika. Meski begitu, Sumirat mengklaim saat ini Indonesia tak lagi menjadi produsen Narkotika, meski peredaran masih belum bisa dihentikan.
"Sekarang sudah tidak seperti dulu narkotika di produksi langsung, kita sudah bersihkan daerah tertentu yang diduga menjadi tempat produksi," tambah Sumirat.
Pihaknya mengajak seluruh masyarakat untuk sama sama memberantas peredaran Narkotika. Karena, ia mengatakan masa depan bangsa bisa rusak jika pemuda Indonesia mengkonsumsi narkoba.