Selasa 23 Dec 2014 01:11 WIB
Penghapusan premium

Wapres Dukung Penghapusan Premium

Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung usulan penghapusan impor RON88 (bahan bakar minyak premium) sekalipun masih akan dipelajari terlebih dahulu bagaimana implementasinya.

"Tentu itu usulan baik, tapi kita akan mempelajarinya bagaimana implementasinya," kata Jusuf Kalla kepada pers di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (22/12).

Menurut Wapres, dirinya masih belum bisa mengetahui kapan rencana penghapusan premium akan dihapus karena saat ini masih berupa usulan dan bagaimana bisa dilaksanakan segera.

Jusuf Kalla mengatakan usulan tersebut sangat baik karena sebenarnya sudah sejak dahulu diusulkan, selain soal pasokan juga untuk memperbaiki kualitas kendaraan.

Wapres mengatakan seandainya nanti impor premiun dikurangi akan ada perubahan teknis, terutama kilang minyak yang selama ini sudah ada. "Juga perlu perubahan teknis tapi saya kira tak masalah," katanya.

Jusuf Kalla menilai penghapusan premium tersebut diyakini tidak akan menyusahkan rakyat kecil. "Sebenarnya tak menyusahkan karena justru sangat penting untuk kualitas pembakaran sehingga mesin kendaraan sebenarnya bisa lebih awet," kata wapres.

Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Minyak Gas Faisal Basri, Minggu (21/12) mengatakan penghapusan impor RON88 (bahan bakar minyak premium) akan mendorong peningkatan impor RON92 (pertamax) karena kapasitas produksi Indonesia belum mumpuni.

Anggota Komite Reformasi Tata Kelola Migas Darmawan Prasodjo meyakini penghentian impor RON88 dan menggantinya dengan RON92 akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

Walaupun, menurut dia, dengan digantinya RON88 menjadi RON92, maka produksi minyak Indonesia akan mengalami penurunan.

Indonesia yang semula memproduksi 6 juta barel per bulan hanya akan mampu menghasilkan 5 juta barel per bulan.

Sementara guna memenuhi kebutuhan BBM yang mencapai 16 juta barel per bulan, Indonesia diperkirakan akan menambah impor RON92 menjadi 11 juta barel per bulan dari sebelumnya sebesar 10 juta barel per bulan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement