Senin 22 Dec 2014 00:00 WIB

Di Indonesia, Setiap Menit Satu Pasangan Bercerai

Rep: C97/ Red: Erik Purnama Putra
Ilustrasi perceraian.
Ilustrasi perceraian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekayaan Indonesia seharusnya mampu membiayai seluruh pendidikan anak-anak di negara ini.

"Dari hasil laut saja Indonesia sudah bisa menghasilkan 9,2 juta ton ikan pertahun. Ini harusnya mampu membiayai seluruh pendidikan anak-anak di Indonesia dari SD hingga kuliah," kata Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Retno Sukmaningrum di Jakarta, Ahad (21/12).

Dia menyatakan, setiap tahunnya Indonesia bisa memproduksi emas sebanyak 200 ribu ton.  Namun kekayaan tersebut hanya lewat begitu saja, dengan kondisi bangsa yang semakin sengsara. Terutama paska kenaikan harga BBM. Hal itu jelas menyulitkan kaum ibu.

Biaya serba mahal, termasuk anggaran untuk sekolah ikut naik. "Hal ini yang kemudian menyebabkan kaum wanita harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga," tutur Retno.

Dia melanjutkan, ibu yang bekerja biasanya memiliki waktu yang sedikit untuk keluarga. Sehingga terjadi banyak permasalahan antara suami, istri, dan anak. Tererbukti dari tingginya angka perceraian yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Agama per November 2014, tingkat perceraian sebanyak 354 ribu di negeri ini. "Ini artinya setiap menit ada satu pasangan yang bercerai," kata Retno.

Seharusnya wanita diberi ruang khusus untuk mengurusi keluarganya. Jika terus terjadi seperti ini, yang dikhawatirkan adalah kondisi generasi bangsa ke depannya. Mental mereka bisa rusak karena tidak memperoleh bimbingan yang baik bagi orang tuanya.

"Sedangkan kebijakan pengurangan jam kerja saat ini pun tampak setengah hati," tutur Juru Bicara Muslimah HTI Iffah Ainur Rochmah. Sebab Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak malah menyangsikan kebijakan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement