REPUBLIKA.CO.ID, TIDORE -- Warga Maluku Utara (Malut) yang semula memanfaatkan transportasi udara terpaksa beralih menggunakan transportasi laut menyusul penutupan Bandara Babullah Ternate, akibat erupsi Gunung Gamalama.
Sekretaris Kota Tidore Kepulauan Ansar Husen, ketika ditemui di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Minggu mengatakan dirinya sebenarnya telah membeli tiket Garuda Indonesia untuk penerbangan, Sabtu (20/12) dengan tujuan Jakarta, namun batal karena Bandara Babullah ditutup.
Pejabat asal Kota Tidore Kepulauan tersebut terpaksa beralih menggunakan kapal laut dari Ternate tujuan Manado dan dari Manado baru akan melanjutkan penerbangan ke Jakarta dan itu akan dilakukan pula ketika kembali kalau Bandara Babullah masih tertutup.
Banyaknya warga yang akan ke luar Malut, termasuk yang akan merayakan Natal dan Tahun Baru di luar Malut yang bemilih transportasi laut menggunakan tiga kapal penumpang rute Ternate-Manado pada hari Minggu dipadati penumpang.
KM Geovani misalnya, menurut staf penjualan tiket kapal itu, Risma, dari 300 lebih tiket yang disiapkan untuk pelayaran dari Ternate ke Manado telah habis terjual sejak Minggu pagi, padahal masih banyak calon penumpang yang ingin membeli tiket.
Kondisi serupa juga terjadi di KM Margaret dan KM Bunda Maria untuk tujuan Manado, namun banyaknya calon penumpang itu tidak dimanfaatkan kapal menaikkan harga, karena harga tiket yakni tetap Rp270 ribu per penumpang.
Sementara itu, Kepala Bandara Babullah Ternate, Taslim Badaruddin ketika dihubungi secara terpisah mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah pada Senin (22/12) bandara sudah bisa dibuka untuk aktivitas penerbangan, karena masih baru berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, khusus Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Geologi (PVMG) Bandung. Pasca-erupsi Gunung Gamalama, Bandara Babullah Ternate, Jumat (19/12) dinyatakan ditutup untuk seluruh aktivitas penerbangan, karena landasan pacu bandara tertutup abu vulkanik letusan Gunung Gamalama.