Sabtu 20 Dec 2014 00:15 WIB

Mualaf Ini Dituding Jadi Pelaku Human Trafficking

Perdagangan manusia/ilustrasi
Foto: flarenetwork.org
Perdagangan manusia/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI-– Farhan Muhammad, seorang Mualaf yang ditahan sejak 25 Juni 2014 oleh pihak kepolisian resor Kota Padang, Sumatera Barat, diketahui merupakan alumi Pesantren Khusus Yatim Asy-Syafi'iyah, Bekasi, Jawa Barat.

Farhan Muhammad dituduh telah melakukan perdagangan manusia atau human trafficking sekaligus pemaksaan agama terhadap sembilan orang anak Mentawai, Sumatera Barat. Di pondok pimpinan Tutty Alawiyah tersebut, Farhan Muhammad tercatat lulus pada 2008.

“Sebelum masuk ke sini (Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyah), Farhan masih belum beragama Islam,” tutur Abdul Mudjib al Ghifari (23 tahun), yang mengaku sebagai sahabat dekat Farhan Muhammad, dan sekaligus seorang pengajar di pondok pesantren tersebut saat ditemui di Bekasi, Jumat (19/12).

Abdul Mudjib menjelaskan, setelah lulus, Habib–demikian panggilan Farhan—kemudian bekerja di sebuah warung internet (warnet) di bilangan Perumnas Klender, Jakarta Timur. Namun, di sela-sela kesibukannya, Farhan juga menyempatkan diri mengajar sebagai ustadz bagi adik-adik angkatan sebelumnya di Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyah.

Menurut pengakuan Abdul Mudjib, sebelum kasus tuduhan human trafficking ini terjadi, Farhan pernah membawa serta dua orang saudaranya dari Mentawai untuk disekolahkan di  Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyah.

“Kurang lebih setahun yang lalu dia bawa seorang adiknya dan seorang keponakannya. Yang pertama, sekarang belajar di SD, sedangkan yang kedua di SMP sini,” ungkap Abdul Mudjib, Jumat (19/12).

Abdul Mudjib mengetahui kasus yang menjerat Farhan Muhammad di Padang, Sumatera Barat, sejak penangkapan Farhan Muhammad. Sebelumnya, Abdul Mudjib mengaku turut mengantarkan Farhan Muhammad mengunjungi sebuah pondok pesantren di Bogor, Jawa Barat, yang rencananya akan menjadi tempat sekolah bagi kesembilan anak Mentawai itu.

Farhan Muhammad sudah lama berniat menyekolahkan anak-anak sekampungnya di Pulau Jawa karena akses pendidikan di Mentawai yang kurang memadai. Maka ketika dana untuk itu sudah ada, kata Abdul Mudjib, Farhan segera melaksanakan niatnya itu.

“Farhan memang punya banyak kenalan di luar pondok pesantren ini. Mungkin dari merekalah Farhan dapat bantuan dana,” ujar Abdul Mudjib, Jumat (19/12).

Abdul Mudjib menuturkan, selama belajar di  Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyah, Farhan dikenal sebagai pribadi yang baik. Meskipun sudah menjadi Muslim, kata Abdul Mudjib, Farhan tetap menjaga hubungan kekeluargaan dengan sanak familinya di Mentawai yang tidak beragama Islam.

Abdul Mudjib menjelaskan, ada banyak alumni Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyah yang berasal dari Mentawai, Sumatera Barat, seperti halnya Farhan Muhammad. “Wajar saja bagi mereka menjadi Muslim, sementara sanak keluarganya masih beragama Kristen, misalnya,” kata Abdul Mudjib, Jumat (19/12).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement