Jumat 19 Dec 2014 16:43 WIB

Presiden: Indonesia Contoh Perkembangan Demokrasi dan Islam

Jokowi
Foto: Republika/Yasin Habibi
Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia bisa menjadi contoh perkembangan demokrasi dan Islam secara beriringan dan konstruktif bagi dunia.

"Dalam setiap pertemuan saya dengan pemimpin dunia, tamu negara, saya selalu sampaikan dan ingatkan, karena ini modal kita, Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia dan juga sekaligus negera demokrasi yang terbesar di dunia," kata Presiden saat menghadiri acara transformasi perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri dan peluncuran program 5.000 doktor 2015-2019 di Istana Negara Jakarta, Jumat sore (19/12).

Kepala negara mengatakan di Indonesia antara Islam dan demokrasi bisa berjalan serta berkembang beriringan.

"Ini menjadi modal besar kita dan kekuatan kita dalam kerangka politik global. Apakah ada negara lain seperti kita belum ada," tegas Presiden.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mengatakan hampir sebagian besar kepala negara asing yang bertemu dengannya atau berkunjung ke Jakarta bertanya mengenai bagaimana Indonesia mencegah aksi teorisme dan radikalisasi.

"Selalu saya sampaikan pendekatan keamanan yang dilakukan hampir di seluruh dunia hanya pendekatan yang tidak menyelesaikan masalah," katanya.

Dijelaskan Presiden, Indonesia untuk mencegah aksi terorisme dan radikalisasi, menggunakan pendekatan keamanan dan juga pendekatan kultural.

"Dengan penjelasan seperti itu maka kita bisa menjadi pusat negara-negara lain bertanya dan belajar (terkait Islam, demokrasi dan penanganan radikalisasi-red)," kata Presiden.

Presiden Joko Widodo mengharapkan lembaga pendidikan Islam terus berkembang sehingga bisa menjadi pilihan masyarakat setara dengan sekolah umum yang lainnya.

"Saya juga melihat di banyak kota, madrasah kita menjadi madrasah yang unggul sehingga menjadi alternatif. Sekarang saya banyak melihat hal itu, dan ini patut kita syukuri," kata Presiden saat menghadiri acara transformasi perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri dan peluncuran program 5.000 doktor 2015-2019 di Istana Negara Jakarta, Jumat sore.

Presiden menambahkan, demikian juga di jenjang pendidikan tinggi, di banyak daerah telah banyak perguruan tinggi Islam dan juga institut agama Islam negeri yang memiliki jurusan-jurusan yang unggul.

"Ada yang pertaniannya bagus, kedokterannya juga bagus. Alhamdulillah inilah fungsi pendidikan Islam dalam rangka memenuhi kebutuhan negara dan pemerintah yang memang masih sangat membutuhkan tenaga ahli," kata Kepala Negara.

Presiden berharap hal tersebut dapat diteruskan dan kualitas lembaga pendidikan agama Islam bersaing dengan institusi pendidikan lainnya.

Dalam kesempatan itu, Presiden meresmikan perubahan status tiga Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri masing-masing Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang dan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Juga diresmikan perubahan status Perguruan Tinggi Agama Islam menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) masing-masing IAIN Samarinda, IAIN Palangkaraya, IAIN Kendari, IAIN Manado, IAIN Jember, IAIN Salatiga, IAIN Purwokerto, IAIN Palopo dan IAIN Langsa.

Dalam acara tersebut, Presiden didampingi oleh Menteri Agama Lukman Hakim dan juga dihadiri para rektor UIN dan IAIN.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement