Rabu 17 Dec 2014 15:34 WIB

Karena Larangan Motor, Tukang Ojek Dilema

Rep: c16/ Red: Mansyur Faqih
 Rambu larangan belok untuk sepeda motor terpasang di persimpangan jalan menuju M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (16/12).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Rambu larangan belok untuk sepeda motor terpasang di persimpangan jalan menuju M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (16/12). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penutupan jalan protokol untuk motor mendapat penolakan, antara lain tukang ojek. Mereka merasa peraturan baru tersebut sangat merugikan.

Erik (30 tahun), tukang ojek asal Tanah Abang merasa keberatan dengan keputusan penutupan tersebut. "Kalo gini kita merasa dirugikan, penumpang jadi berkurang," kata Erik kepada ROL, Rabu (17/12).

Penutupan di jalan protokol, menurut Erik, otomatis membuat jarak tempuh semakin jauh. Sehingga, nantinya terpaksa harus menaikkan tarif ojeknya dari harga biasanya.

Dengan kata lain, kata dia, akan berdampak pada menurunnya jumlah pengguna jasa tukang ojek. 

Boy (32), tukang ojek di depan Plaza Indonesia juga mengatakan keberatannya terkait larangan tersebut. Ia mengaku dilema untuk menaikkan tarif ojeknya.  

Boy mengatakan harus menaikkan tarif ojek karena jarak yang ditempuh akan semakin jauh. Namun di sisi lain, Boy merasa kasihan terhadap para pelanggan jika harus menaikkan tarif. "Kitanya mau aja naik, tapi penumpangnya belum tentu mau," kata Boy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement