REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS, JAWA BARAT -- Pemanasan global yang melanda seluruh kawasan dikhawatirkan memicu percepatan siklus perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan virus DBD, kata Kepala Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ciamis, Lukman Halim.
"Ada percepatan penularan, dulu butuh 10 hari dari telur menetas menjadi nyamuk dewasa, sekarang dalam 7-8 hari sudah terbang dan bisa menularkan DBD," ujarnya ketika menerima rombongan Press Tour Kementerian Kesehatan di Ciamis, Jawa Barat, Selasa (16/12).
Fenomena itu disebut Lukman terjadi sejak suhu bumi meningkat pada 10-15 tahun yang lalu.
Perubahan siklus pertumbuhan nyamuk itu akan membutuhkan banyak penyesuaian dalam upaya penanggulangan penyakit DBD, salah satunya dalam kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
"Dengan siklus yang dipercepat ini, jika dulu PSN diimbau seminggu (tujuh hari) sekali maka sekarang seharusnya menjadi lima hari sekali," ujar Lukman.
Dengan memperpendek waktu interval pemberantasan sarang nyamuk tersebut maka diharapkan dapat mencegah nyamuk menjadi dewasa dan menularkan virus DBD.
Lukman juga menyebut pemanasan global telah meningkatkan populasi nyamuk dari biasanya. Sedangkan untuk pencegahan, PSN masih merupakan cara terbaik karena belum ada obat untuk pengobatan DBD.
Lukman memberikan penekanan pada pembersihan genangan air disekitar rumah, diharapkan dapat dibuang diatas tanah yang kemudian terpapar sinar matahari sehingga dapat mematikan jentik nyamuk maupun yang masih berbentuk telur.
Penelitian terhadap nyamuk juga dikatakan Lukman menemukan bahwa ada penularan virus dari induk nyamuk langsung ke telur.
"Ini penelitian sejak 5-6 tahun lalu. Trans-ovarial (penularan dari induk nyamuk ke telur) ini terjadi setelah ada perubahan suhu, 10-15 tahun yang lalu," ujarnya.
Jadi jika dulu nyamuk harus menggigit orang yang terkena DBD terlebih dahulu baru menularkan virus, sekarang bisa langsung menularkan kepada siapa saja.
Hal tersebut berbahaya karena telur nyamuk dapat bertahan hingga berbulan-bulan ditempat yang terlindung dari sinar matahari sehingga ketika terkena genangan air dapat langsung menetas dengan kandungan virus DBD di badannya. "Jadi telur ini begitu terendam air langsung menetas dan menularkan virus ke manusia," kata Lukman.