REPUBLIKA.CO.ID, PADEMANGAN - Sekali waktu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pernah menyindir tarif masuk kawasan Ancol terbilang mahal. Namun, sindiran Ahok tersebut hanya membuat Arif Yahya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kebinggungan.
Arif dinilai binggung saat dilayangkan pertanyaan oleh awak media untuk menyebutkan harga soal tarif Ancol yang dinilai mahal.
"Kebetulan saya orang marketing dan dalam hal ini dapat diukur secara marketing, harga tersebut layak sebab tempat rekreasi atau wisata punya pangsa pasar masing-masing," katanya.
Mahalnya tarif wisata tidak hanya terjadi di Ancol, kata Arif, tetapi terjadi hampir di seluruh objek wisata salah satunya di Bandung, Jawa Barat.
Arif menilai objek wisata tersebut dimulai dari kemampuan daya beli masyarakat. "Tiketnya ada dua yakni untuk konsumen dan untuk premium (pedagang), seharusnya jelas dan berposisi dan harus membedakan pemasaran dan massal," ujarnya.
Sementara itu, di waktu bersamaan Direktut Utama PT Jaya Ancol, Gatot Setyo Waluyo membantah tiket Ancol yang dinilai cukup mahal. Sebab, tambah Gatot, Ancol merupakan sebuah tempat wisata dan di sana terdapat berbagai macam wahana sehingga harga tiket tersebut dinilai cukup.
Gatot membandingkan dengan harga tiket di Ragunan yang dinilai murah sesuai dengan wahanannya. "Makanya ragunan hanya Rp 10 ribu. Sedangkan Ancol sendiri memiliki luas pantai 4 kilometer. Ke depannya kita akan menambahkan pasir sepanjang 3 kilometer di bulai Mei sampai Juni 2015 dengan nilai investasinya Rp 15 milliar," ujarnya.
Nantinya dengan adannya tambahan atraksi di Ancol dan penambahan pasir pantai maka dengan tiket Rp 25 ribu akan terbilang sangat murah. "Tarif Rp 25 ribu itu hanya momen tertentu saja. Buktinya saat perayaan HUT DKI kami gratiskan," katanya.