Ahad 14 Dec 2014 02:40 WIB

Persis Minta Pengusaha tak Paksa Karyawan Gunakan Atribut Natal

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Persatuan Islam (Persis) Irfan Syafruddin meminta para pengusaha untuk tidak memaksa karyawan muslim menggunakan atribut Natal. Menurutnya, tidak boleh ada pemaksaan terhadap karyawan terkait keyakinan.

“Pengusaha jangan memaksakan kepada pegawainya yang muslim,” katanya saat dihubungi, Sabtu (13/12) malam.

Irfan mengatakan, bentuk penghormatan terhadap agama lain tidak harus dilakukan dengan menggunakan atribut-atribut yang berciri khas agama tersebut. Menghormati hari raya agama lain bisa dilakukan dengan tidak mengganggu mereka yang merayakannya.

Hal ini juga berlaku sebaliknya. Perempuan dari umat kristiani juga tidak boleh dipaksa untuk menggunakan jilbab saat bulan Ramadhan. Begitu juga umat Hindu, Budha dan yang lain. “Jadi jangan dicampuradukkan antara toleransi dan ibadahnya,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah harus melindungi pekerja yang dipaksa untuk menggunakan atribut kepercayaan agama lain. Sebab, kata dia, hal tersebut tidak ada dalam surat perjanjian kerja kedua belah pihak. “Kewajiban pemerintah menegakkan aturan itu, (karyawan memakai atribut natal) itu karena keterpaksaan dan kelemahan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement