REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Harga biji kopi di tingkat petani Lampung turun karena kualitas komoditas itu rendah akibat kondisi cuaca serta kurangnya pengelolaan pascapanen.
"Harga biji kopi asalan saat ini di tingkat petani turun dari Rp21.000 perkilogram menjadi Rp19.000 perkilogram mengingat kualitas kopinya yang kurang bagus," kata Sunyoto, petani kopi asal Lampung Barat saat dihubungi dari Bandarlampung, Sabtu (13/12).
Ia mengatakan rata-rata kadar air biji kopi petani 20 persen sehingga kualitasnya buruk. Akibatnya harga biji kopi juga turun.
Sunyoto menyebutkan, dari satu karung berisi biji kopi ukuran 50 kg hampir 30 persen kualitasnya kurang bagus.
Harga biji di tingkat pengekspor, lanjutnya, saat ini sekitar Rp23.500/kg atau turun bila dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp24.000--Rp 25.000/kg.
Ia menambahkan bahwa stok kopi di tingkat petani saat ini kosong mengingat panen tahun ini telah usai sejak beberapa bulan lalu.
"Petani saat ini tidak mempunyai stok, meskipun ada hanya bisa mengirim satu hingga tiga truk per hari ke gudang di Bandarlampung. Itupun kualitasnya kurang bagus," kata dia.
Sementara itu menurutnya, panen kopi tahun depan diperkirakan pada Juli--Agustus dan diperkirakan hasil panennya cukup bagus dibandingkan tahun ini mengingat kondisi cuaca yang bagus karena curah hujan yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu panas.
Tahun ini rata-rata panen kopi antara 800 kg--1 ton per hektare. Diperkirakan panen tahun depan mencapai 1,5-2 ton per hektare bila melihat kondisi cuaca.
Ketua Renlitbang AEKI Lampung Muchtar Lutfie mengatakan ekspor kopi saat ini berkurang mengingat panen kopi petani telah usai sejak beberapa bulan lalu.
Pengiriman biji kopi dari kebun ke gudang eksportir masih berlangsung tapi tidak sebanyak saat panen. "Saat ini tidak kurang 30-40 truk pengiriman kopi dari kebun ke eksportir dengan kapasitas angkut 8 ton/truk.