REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menduga ada tembakan dari atas bukit Gunung Merah dalam kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Painai, Papua, yang menewaskan empat orang warga sipil.
"Kebetulan pas kemarin rapat di Menko Polhukam, di sana (lokasi bentrokan) itu ada semacam taktik bebek namanya. Taktik bebek itu, rakyat di kedepankan dan dari belakang ada tembakan gitu. Jadi kita lihat di sananya, bagaimana kejadiannya," kata Gatot, saat pelepasan 1.169 Satgas Kontingen Garuda (Konga) "United Nations Interim Force in Lebanon" (UNIFIL) untuk misi perdamaian PBB di Lebanon di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
KSAD mengaku, tidak mengetahui secara pasti darimana sumber letusan senjata tersebut, mengingat tidak ada pasukan di atas bukti.
"Kebetulan saya mendengar dari Panglima TNI dan Kapolri, dan serta Polda dan Kodam juga. Sebelumnya dari atas bukit itu sudah ada tembakan juga. Di bawahnya itu kan ada Koramil dan Polsek. Hal itu yang perlu kita cek kebenarannya," ucapnya.
Disinggung apakah ada keterlibatan kelompok bersenjata, Gatot tidak memungkiri hal tersebut. "Kalau di atas bukit ada tembakan, sedangkan TNI tidak ada dan polisi tidak ada di situ. Jadi siapa itu. Nah itu saja," tegasnya.
Menurut Gatot, apa yang terjadi di Papua, tidak bisa dilepaskan dari tanggal 1 Desember (HUT OPM). Namun demikian, untuk mengungkap persitiwa yang sebenarnya Asintel dan Ditserse Polda Metro sudah ke Papua. Selanjutnya, mereka akan membuat laporan.
"Jadi mereka nanti yang melaporkan kepada Panglima TNI dan Kapolri. Saya hanya mengirim pasukan saja di sana untuk melakukan investigasi," tutur Gatot.
Dalam peristiwa itu, sedikitnya 4 warga tewas. Mereka adalah Yulian Yeimo (16), Simon Degey (17), Alfius Gobay (17) dan Alfius Youw (17). Gatot mengaku, sudah menggelar rapat dengan Menkopolhukam Tedjo Eddy Pudjijanto. Para pelaku diduga memanfaatkan warga sebagai tameng untuk menyerang TNI-Polri.
Tambah Kodam
Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, untuk memperkuat pertahanan dan mempermudah koordinasi, TNI berencana menambah Komando Daerah Militer (Kodam) di Papua.
"Penembahan Kodam di Papua, sesuai rencana strategi (renstra) sudah siapkan. Tapi yang pertama di Manado sudah mulai jalankan. Harapan kita untuk Papua tahun depan sudah bisa dijalankan," ujarnya.
Panglima TNI menjelaskan, alasan pembentukan Kodam baru karena luasnya wilayah, sehingga menyulitkan rentang kendali bagi seorang pemimpin di mana Pangdam harus mengendalikan seluruh prajuritnya yang sangat jauh.
"Ini menyulitkan. Rentang kendali itu dipenuhi dengan membangun Kodam baru. Ada beberapa pilihan lokasi, di antaranya di Sorong dan masih ada pilihan-pilihan," jelasnya.
Mantan Pangdam Siliwangi ini menegaskan, tidak ada kepentingan politik dan maksud apapun dalam pembangunan Kodam baru di Papua.
"Tidak sama sekali. Ini murni untuk kepentingan pertahanan. Tidak punya maksud apapun. TNI hanya ingin aspek pertahanan bisa terpenuhi di wilayah itu, sehingga apabila terjadi situasi yang tidak kita inginkan kendali operasi itu betul-betul bisa dijaga dengan baik," tukasnya.