REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Rencana pemberian grasi aktivis Eva Bande yang ditangkap pada 15 Mei 2014 lalu di Yogyakarta oleh Presiden Jokowi disambut antusias oleh kalangan Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98.
“Pendekatan untuk mengajukan kasus Eva Bande pada Jokowi telah kami lakukan saat pertemuan di Bali pada 27 September lalu,” ujar Sekjen PENA 98 Adian Napitupulu, Rabu (10/12).
Anggota DPR RI ini pun memaparkan, pihaknya saat melakukan pertemuan dengan sekita 600 orang aktivis dari 28 provinsi mendesak agar Eva Bande dipindahkan dari LP kelas IIB Luwuk ke LP Petobo, Palu.
Penjemputan Eva Bande dari penjara luwuk ke LP Petobo Palu pada 28 November 2014 juga dihadiri oleh Predisium PENA 98 dari Sulawesi Tenggara Erwin Usman , yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies (IMES), Presidium PENA 98 Sulawesi Tengah Yahdi Basma yang juga anggota Komisi I DPRD Provinsi Sulawesi Tengah dari Partai Nasdem, serta tokoh aktivis lainnya.
Sementara komunikasi yang dilakukan oleh Aktivis 98 melalui berbagai jaringan yang dimiliki termasuk melalui Anggota Komisi-III DPR RI, Trimedya Panjaitan serta Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly semakin intensif.
Puncaknya, ungkap Adian, pada tanggal 8 Desember 2014, saat Aktivis PENA 98 bertemu langsung dengan Presiden RI Jokowi dan Menkumham Yasona Laoly di Istana Negara untuk membicarakan grasi Presiden terhadap Eva Bande.
Pada kesempatan itu, Jokowi menyampaikan bahwa perjuangan Eva Bande untuk memperjuangkan hak-hak petani adalah perjuangan kemanusiaan.
“Rencananya saat dibebaskan pada 22 Desember 2014 bertepatan dengan Hari Ibu nanti, aktivis Eva Bande disambut oleh 1000 aktivis dari lintas organisasi dan generasi dari berbagai kota di Indonesia. Bagi seluruh Aktivis khususnya PENA 98, pembebasan Eva Bande adalah kemenangan rakyat,” jelas Adian.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
