REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah Dra Tjondrorini MKes mengatakan, laju pertumbuhan penduduk di provinsi ini sangat rendah, tetapi hal ini perlu dicermati, karena salah satunya disebabkan adanya migrasi keluar daerah yang tinggi.
Kepala BKKBN Jawa Tengah Dra Tjondrorini, M.Kes mengatakan hal itu pada Pengukuhan Pengurus Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU) di Pendhapi Gedhe Balaikota Surakarta, Selasa (9/12).
Ia mengatakan berdasarkan hasil sensus penduduk (2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 persen per tahun sedangkan untuk Jawa Tengah mencapai 32.382.657 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,37 persen.
"Hal ini perlu dicermati kembali bahwa rendahnya laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah ini bukan berarti menurunnya angka kelahiran (dari Sensus Penduduk 2010 sebesar 2,2) namun salah satunya disebabkan adanya migrasi keluar daerah yang tinggi," katanya.
Ia mengatakan dengan jumlah penduduk besar, apabila berkualitas akan menjadi potensi sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa serta menjadi modal dasar pembangunan bangsa dan negara.
Dikatakan dia, dengan jumlah penduduk yang besar kualitas yang rendah akan berpengaruh terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan, seperti pencemaran udara, perusakan lingkungan dan akan menjadi beban dari para bangsa dan negara Indonesia.
Tjondrorini mengatakan untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah melalui BKKBN melakukan berbagai kegiatan akselerasi yaitu prioritaskan sasaran PUS MUPAR, pembinaan kesetaraan ber-KB agar tidak DO, meningkatkan peran institusi pedesaan, peningkatan distribusi alkon sampai tempat pelayanan terdepan, sinkronisasi program dan penganggaran dalam bidang KB dan Kesehatan.