Senin 08 Dec 2014 18:25 WIB

Hadapi Persoalan Pangan, Butuh Terobosan Revolusioner

Seorang wisatawan mancanegara menikmati wisata pertanian dengan membajak sawah di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Foto: Antara
Seorang wisatawan mancanegara menikmati wisata pertanian dengan membajak sawah di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Strategi pembangunan yang tepat dibidang pertanian akan membantu mengatasi persoalan pangan. Salah satunya, melalui pendekatan Not Business As Usual, terobosan atau revolusioner dalam pembangunan pertanian ke depan.

 

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) periode 2013-2017, Ir Bambang Hendroyono mengatakan, pendekatan not bussiness as usual atau terobosan revolusioner dalam pembangunan pertanian dituangkan secara  sistematis dan bertahap melalui revolusi pembangunan pertanian yang mencakup enam aspek penting dan utama pembangunan pertanian.

Pertama, revolusi pengembangan kelembagaan pertanian. Kedua, revolusi pengembangan kepemimpinan dan SDM pertanian. Ketiga, revolusi pengembangan inovasi dan teknologi pertanian. Keempat, revolusi pengembangan komoditas pertanian. Kelima, revolusi pengembangan infrastruktur pertanian, dan keenam, revolusi pengembangan kebijakan pertanian.

"Cetak Biru Indonesia Agri-incorporated: Revolusi Pembangunan Pertanian menuju Visi Pertanian Indonesia 2045 merupakan salah satu wujud kongkrit kepedulian dan komitmen seluruh pengurus HA-IPB dan alumni IPB untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya," kata dia.

Ia menambahkan, keenam pendekatan tersebut dilakukan secara terintegrasi dan bertahap selama proses industrilisasi pertanian berbasis kerakyatan.

Agar transformasi perekonomian pertanian dari pertanian subsistem yang mengandalkan tenaga kerja murah dan produksi hutan mentah, sehingga produktivitas, kualitas, kosistensi dan nilai tambah serta daya saing rendah menjadi pertanian yang lebih mengandalkan skala usaha ekonomis, tenaga kerja terampil, teknologi, alat dan mesin pertanian, pengolahan dan pemasaran produk, sehingga produktivitas, kualitas, kosistensi, nilai tambah, dan daya saing tinggi pasar.

"Keenam pendekatan tersebut dilaksanakan dengan semangat dan nilai-nilai Indonesia Agri-incorporated," ucap Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement