REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu silam dikabarkan terjadi pemurtadan di Kecamatan Babakan Madang, Sentul Bogor. Hal tersebut membuat masyarakat di sana geram atas kejadian tersebut.
Tiga desa yang dihuni warga Muslim yakni Desa Karang Tengah, Desa Bojong Koneng dan Desa Sumur Batu hampir menjadi murtad.
Mereka diajak untuk mengikuti sebuah acara di Monumen Nasional November lalu yang diketahui cara tersebut merupakan program kristenisasi masal.
Lantas, bagaimana modusnya? Warga di Kecamatan Babakan Madang diiming-imingi acara wisata di Monumen Nasional Jakarta.
Tanpa diberitahu dengan jelas oleh pihak yang bertanggung jawab, mereka hanya dijanjikan melakukan wisata ke Monas. Selain itu, mereka diberitahu dalam wisata tersebut juga disediakan panggung hiburan yang menampilkan beberapa artis terkenal.
Burhan salah satu warga yang ikut dalam rombongan mengatakan dirinya diajak untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan seorang warga, Kristina atau dikenal Tina yang tinggal di komplek Peumahan Tampak Siring No 19 Sentul, Bogor. "Katanya sukuran pengusaha sukses, ternyata itu acara seperti di gereja," ujar Burhanuddin.
Sejak awal, Burhanuddin sudah menemukan banyak kejanggalan mulai dari saat pemberangkatan. Ia sempat mempertanyakan acara tersebut kepada panitia rombongan yang berjumlah delapan orang. Namun dirinya hanya diberi informasi acara tersebut sebatas wisata biasa.
Kecurigaannya semakin kuat saat ia mendapati tulisan Rombongan Jiarah pada bus yang ditumpanginya. Di dalam bus, panitia sempat memberikan gelang dan pita.
"Di situ sudah dikasih gelang kata panitia cuman ciri biar tidak hilang dari rombongan, karena memang di sana ribuan orang," ujar Burhan.
Gelang dan pita tersebut juga sempat ditemukan saat acara Car Free Day (CFD) di Jakarta November lalu yang juga diduga sebagai salah satu cara pemurtadan oleh pihak tertentu kepada masyarakat Muslim.
Dalam video yang beredar di you tube, ada pihak yang terlihat membagikan kalung, makanan, baju, pin dan lain sebagainya yang diketahui sebagai simbol dari pemurtadan. Namun mereka melakukannya dengan berdalih acara persatuan masyarakat Indonesia.