Ahad 07 Dec 2014 11:20 WIB

Gaya Hidup Pasif Ancam Masyarakat Jakarta Kena Osteoporosis

Rep: C97/ Red: Bayu Hermawan
Warga Jakarta saat melakukan senam massal di Silang Monas.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Warga Jakarta saat melakukan senam massal di Silang Monas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peringatan Hari Osteoporosis Nasional yang jatuh pada 7 Desember diperingati oleh 10 ribu orang yang sama-sama bergerak di Jakarta dan Yogyakarta. Puncak acara dilaksanakan di Ibu Kota, pagi ini.

Turut hadir dalam acara tersebut Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana.

Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Nicolaas Budhiparama menyampaikan, hasil riset 2005 bahwa dua dari lima orang Indonesia berisiko tinggi terancam osteoporosis.

"Itu karena banyak masyarakat yang kurang mengonsumsi kalsium. Terutama di kota, orang-orang jarang bergerak", kata Nicolaas, Ahad (7/12).

Saat ini masyarakat Indonesia memiliki gaya hidup yang kurang aktif, terutama di perkotaan. Rata-rata duduk atau diam selama tujuh jam sehari, dan lima jam sehari di waktu libur.

Maka itu dalam peringatan hari osteoporosis ke 12 ini, 10.000 masyarakat melakukan gerak bebas. Dimulai dari berlari, turun tangga, dan melakulan aktivitas olahraga lainnya.

Ketua Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) Anita Hutagalung mengatakan, bahwa selain bergerak, masyarakat harus mencukupi asupan kalsium tubuh. Caranya dengan mengonsumsi susu, kacang-kacangan, dan buah-buahan berwarna hijau. "Tidak perlu mahal, masyarakat bisa mengonsumsi tahu tempe," tutur Anita.

Indonesia merupakan negara pengonsumsi susu paling rendah di Asean. Hanya 11 liter pertahun bagi setiap per kapita. Tentunya ini harus ditingkatkan. Karena harga satu gelas susu hanya Rp3.500.

Menurut Nicolaas pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini. "Sebab penyakit ini tidak nenunjukkan gejala yang nyata. Tiba-tiba tulang patah atau badan menjadi pendek," katanya.

Oleh karena itu. kata dia, pencegahannya harus dilakukan secara rutin melalui kegiatan harian yang memungkinkan bagi aktivitas gerak tubuh. "Lebih baik kita naik tangga dan pergi ke kantor menggunakan sepeda", tutur Nicolaas. Karenanya mulailah bergerak dari sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement