REPUBLIKA.CO.ID,PALU -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri furnitur rotan Indonesia saat ini menghadapi masalah utama yakni lemahnya penguasaan desain.
"Selain itu, kita juga lemah dalam teknologi produksi, penyelesaian dan merk produk rotan," kata Saleh Husin saat melakukan kunjungan kerja di Palu, Sabtu (6/12).
Menurutnya, kondisi itu menyebabkan daya saing produk rotan di Indonesia rendah dibandingkan produk dari Tiongkok, Taiwan, atau negara Eropa lainnya. "Di pasar domestik saja kita kurang bisa bersaing, apalagi di pasar ekspor," katanya.
Menurutnya, kebijakan pemerintah menutup ekspor bahan baku rotan sejak 2012 dalam upaya mendorong berkembangnya industri hilir rotan juga masih menyisakan permasalahan, yakni tidak semua bahan rotan bisa diserap oleh industri di dalam negeri.
Oleh karena itu, lanjutnya, Kementerian Perindustrian menginisiasi pendirian pusat inovasi rotan nasional di Kota Palu sejak 2011. Pusat inovasi rotan nasional itu juga telah diresmikan oleh Saleh Husin.
Dia berharap pusat inovasi rotan mampu mendorong berkembangnya industri rotan nasional melalui peningkatan dan pelayanan desain furnitur baru dan inovasi terkini di bidang penggunaan bahan rotan selain untuk kebutuhan furnitur.
Dia juga meminta pemangku kepentingan terkait untuk terus berupaya menyelesaikan berbagai masalah itu, sehingga industri rotan nasional dapat meningkat.
Sulawesi Tengah sendiri adalah produsen rotan terbesar di Indonesia yang mampu memasok 60 persen kebutuhan rotan dunia. Jenis-jenis rotan asal Sulawesi Tengah diminati pasar internasional antara lain tohiti, noko, batang, ronti, lambang, ombol, tohiti besar, dan tumbuawu.
Selain meresmikan Pusat Inovasi Rotan Nasional di Palu, Menteri Perindustrian juga melihat berbagai produk furnitur rotan serta cara pembuatannya.