REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Permintaan bahan bakar minyak nonsubsidi, yakni pertamax, di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami peningkatan signifikan.
"Pada hari ini, permintaan pertamax dalam sehari mencapai 1.000 liter," kata Pengawas Lapangan SPBU 4455807 Tegalsari, Siraman, Wonosari Antok di Gunung Kidul, Kamis (4/12).
Ia mengatakan kenaikan permintaan pertamax mencapai 100 persen dibandingkan dengan hari biasa, sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Pada hari biasa akan hanya sekitar 500 liter untuk pertamax," katanya.
Permintaan premium mengalami penurunan yang cukup signifikan karena mencapai angka 32 persen. "Dulu sebelum ada kenaikan pada premium dalam sehari bisa menghabiskan 32 ribu liter. Tetapi setelah terjadi kenaikan dalam sehari hanya menghabiskan 24 ribu liter saja," kata Antok.
Seorang pengguna pertamax, Kurniawan, mengatakan SPBU Semin sering kehabisan stok pertamax, pascakenaikan harga BBM. "Sudah beberapa kali mengalami kehabisan stok pertamax," katanya.
Ia mengatakan pemilihan bahan bakar nonsubsidi karena untuk menghemat biaya perawatan kendaraan. "Perbedaan harganya tidak begitu banyak, sehingga memilih mengganti ke pertamax," katanya.
Kepala Disperindakop dan ESDM Kabupaten Gunung Kidul Hidayat mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemda DIY dan Pertamina, terkait dengan penambahan stok BBM nonsubsidi. "Kami akan berkoordinasi untuk menambah stok," katanya.
Ia mengatakan banyaknya masyarakat Gunung Kidul yang bermigrasi dari premium ke pertamax tidak menimbulkan masalah karena memang bukan BBM yang disubsidi oleh pemerintah.
"Berapa pun permintaan pasar, saya yakin Pertamina bisa memenuhinya karena memang bukan BBM bersubsidi," katanya.